News - Bagi Sugeng, Jakarta masih menjadi magnet untuk ditinggali meski sudah tak lagi menyandang status sebagai Ibu Kota. Pria asal Klaten, Jawa Tengah itu, masih berkeyakinan kuat bisa mengikuti jejak teman-temannya yang lebih dulu sukses mengadu nasib di Jakarta.

Ia mengaku sudah lebih dari seminggu berada di Jakarta. Pria kelahiran 1997 itu, tiba pada 15 April 2023 bersamaan dengan arus balik mudik Lebaran 2024. Untuk sementara waktu, Sugeng menumpang dan tinggal di indekos teman sekampungnya di kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur.

"Minggu ini rencananya mulai [interview]. Kemarin sudah ada tawaran," ujar Sugeng kepada Tirto, Rabu (24/4/2024).

Meski belum jelas jenis pekerjaannya dan posisinya apa, namun Sugeng tetap bertekad mengikuti proses dan akan bersedia menjalankannya. Toh, kata dia, pekerjaan ini bisa menjadi batu loncatan untuk awal kehidupan lebih baik di Jakarta.

"Jadi kemarin sebelum ke sini [ke Jakarta], teman nawarin salah satu restoran gitu. Cuma untuk posisinya apa belum tahu," imbuhnya.

Sugeng, boleh jadi salah satu dari ribuan orang yang mencoba peruntungan mengadu nasib di DKI Jakarta.

Menurut data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) DKI Jakarta terdapat sebanyak 1.038 pendatang tiba di Jakarta setelah periode Hari Raya Idulfitri 2024. Ribuan warga baru ini berasal dari sejumlah kota atau kabupaten se-Indonesia.

“Berdasarkan data kami, mulai 16-22 April 2024, ada 1.038 orang pendatang baru di Jakarta pasca-Lebaran,” kata Kepala Disdukcapil Jakarta, Budi Awaluddin, kepada awak media, Selasa (23/4/2024).

Kemacetan terjadi di sejumlah jalan Jakarta

Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (19/2/2024). ANTARA FOTO/Reno Esnir/Spt.

Menurut Budi, Kota Bekasi menjadi wilayah penyumbang pendatang di Jakarta terbanyak. Jumlah pendatang dari kota tersebut mencapai 80 orang. Pendatang lain kebanyakan berasal dari Jabodetabek. Berdasarkan data, pendatang yang tidak berasal dari Jabodetabek, yakni warga Medan, Indramayu, dan Brebes.

“Dari 10 wilayah yang pendatangnya paling tinggi, ada warga dari tiga wilayah non-Jabodetabek yang penduduknya datang ke Jakarta. Dari Medan 26 orang, Indramayu 23 orang, dan Brebes 21 orang," ungkap Budi.

Berdasar pemetaan Disdukcapil DKI Jakarta, sebanyak 38,17 persen pendatang diasumsikan berpenghasilan rendah dan sisanya diasumsikan berpenghasilan tinggi.

"Dari kategori usia, kebanyakan warga baru ini berusia 25 tahun-29 tahun. Ada yang berusia lebih dari 70 tahun, jumlahnya [warga baru] empat orang. Yang paling muda, [pendatang] berusia 0 tahun-4 tahun," urainya.

Budi berujar, selisih jumlah pendatang baru berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada pendatang baru berjenis kelamin laki-laki. Pendatang perempuan berjumlah 523 orang, sementara pendatang laki-laki berjumlah 515 orang.