News - Boedi Oetomo (Budi Utomo) disebut-sebut sebagai organisasi pertama di Indonesia yang bersifat nasional dan modern dalam sejarah.

Maka, tanggal berdirinya Boedi Oetomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Boedi Oetomo atau disingkat BO didirikan oleh para siswa School Tot Opleiding Van Idlandche Artsen (STOVIA) pada tahun 1908.

Organisasi ini bergerak dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan. Tahun ini, Harkitnas jatuh bertepatan pada hari Senin, 20 Mei 2024.

Boedi Oetomo Didirikan Oleh Siapa Saja?

Kapan Budi Utomo didirikan? Tanggal 20 Mei 1908 merupakan hari berdirinya Boedi Oetomo (BO) di Batavia atau Jakarta. BO didirikan oleh beberapa siswa STOVIA atau sekolah dokter untuk bumiputera, cikal-bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI).

Beberapa tokoh Budi Utomo antara lain Soetomo, Soeraji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan lainnya. Pendirian BO dapat diwujudkan berkat gagasan Wahidin Soedirohoesodo.

Sementara itu dikutip dari artikel dalam website Kemendikbud, ada 9 orang yang disebut sebagai para tokoh pendiri BO, antara lain Soetomo, Soeradji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkoesoemo, Mohammad Soelaiman, Gondo Soewarno, Raden Ongko Prodjosoedirdjo, Mochammad Saleh, dan Raden Mas Goembrek.

Dalam perjalanannya, banyak tokoh nasional yang bergabung dengan BO, seperti Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara), Tjipto Mangoenkoesomo, Tirto Adhi Soerjo, Pangeran Noto Dirodjo, Raden Adipati Tirtokoesoemo, dan seterusnya

Latar Belakang Berdirinya Organisasi Budi Utomo

Latar belakang Budi Utomo dimulai menjelang akhir abad ke-19, di mana kondisi Hindia Belanda atau Indonesia mulai mengalami perubahan. Seiring dengan diterapkannya Politik Etis atau Politik Balas Budi, orang-orang Belanda yang mendukung kesetaraan semakin banyak yang muncul.

Salah satu orang Belanda pendukung etisme, demikian tulis Sartono Kartodirdjo dalam Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional (2014: 38), adalah Conrad Theodor (C.Th.) van Deventer.

Kalangan etis mendesak pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menerapkan kebijakan yang berpihak kepada bumiputera atau kaum pribumi alias rakyat Indonesia.