News - Dorongan para relawan dan beberapa partai politik membuka jalan Sudirman Said untuk maju di Pilkada Jakarta 2024. Namanya belakangan memang muncul sebagai salah satu sosok yang dipertimbangkan. Isu tersebut, kian santer setelah timnya sempat berkonsultasi ke KPU untuk maju melalui pencalonan independen.

“Sebenarnya semua orang tahu ya jalur independen tantangannya itu terlalu besar. Jumlah KTP yang mesti dihimpun tuh 618 ribu. Itu tidak mudah,” kata Sudirman saat berbincang di acara Podcast Tirto: For Your Politics.

Tidak ingin para relawannya kecawa, Sudirman membuka opsi maju melalui jalur partai. Menteri ESDM periode 2014-2016 itu, bahkan tengah aktif membuka komunikasi politik dengan beberapa partai seperti Nasdem, Demokrat, dan lainnya.

“Saya hanya menyampaikan bila saya dianggap memenuhi syarat dan dibutuhkan dan saya sanggup memenuhi apa-apa yang mereka harapkan, itu saya bersedia dipertimbangan sebagai salah satu calon. Dan itu yang sedang kami coba terus jajaki,” terang dia.

Mantan Executive Co-Captain Timnas AMIN ini juga sudah memiliki berbagai gagasan jika dipercayai maju di Pilkada Jakarta. Jika Jakarta ingin jadi kota global, kata dia, maka harus ada reform, baik secara fisik maupun pemerintahan.

Selain berbicara soal gagasan yang akan ia bawa untuk Jakarta, kepada Tirto, Sudirman menceritakan harapannya soal koalisi di pilkada kali ini. Menurut dia, pilpres telah berakhir, sehingga momen pilkada bisa menjadi momen untuk membuka lembaran baru dengan koalisi yang baru.

Apa saja gagasan yang dibawa Sudirman Said menuju Pilgub Jakarta? Partai mana saja yang telah berkomunikasi terkait pencalonannya? Berikut petikan wawancaranya dengan Tirto.

Kesibukan setelah pilpres apa?

Saya kembali ke akademik. Saya punya beberapa kewajiban mengajar. Saya juga senang menulis. Kebetulan lagi selesaikan disertasi. Ingin diselesaikan dalam waktu dekat.

Tapi sambil mengerjakan tadi, teman-teman mendorong saya untuk, "ayo pikirin apa ke depan". Namanya aktivis, kan, tidak pernah berhenti berpikir dan beraktivitas untuk publik dan masyarakat.

Setelah pilpres masuk headline berita soal niatan maju Pilkada Jakarta. Kenapa memilih Jakarta? Kan sebelumnya nyalon di Jawa Tengah bersama Ida Fauziyah.

Banyak yang dari masa pilpres dulu bertanya apakah Anda minat kembali ke Jawa Tengah untuk maju lagi setelah pilpres nanti? Saya cuma mengatakan: Jawa Tengah sudah pernah. Saya berpikir mungkin yang di Jateng sebaiknya orang yang punya basis politik kuat.

Ini, kan, proses belajar bagi saya. Saya bersyukur waktu di Jateng pendatang baru saya tidak punya pengalaman politik praktis. Tapi masyarakat masih memberi suara lumayan hampir 42 persen dalam keadaan tidak punya pengalaman, tidak punya uang, bukan dari partai politik, tapi alhamdulillah dapat segitu.

Karena itu, saya mengatakan kalau wilayah lain boleh kita pikirkan. Kebetulan dalam perjalanan seperti ada satu kesepakatan teman-teman relawan dari partai kemarin bekerja sama dan partai-partai yang dulu pernah bekerja sama di berbagai kesempatan, termasuk yang waktu di Jateng PKS, PKB, Gerindra, dan PAN.

Kemudian pada waktu saya bantu Pak Prabowo, kan, juga banyak partai-partai berkomunikasi. Pun kemarin waktu saya mengurus Pak Anies [Baswedan] ada tiga partai plus Demokrat. Karena kan pernah intens dengan Demokrat.

Jadi teman-teman itu secara baik berseloroh maupun serius omongan sepintas itu memberi ruang 'kalau Anda ada minat dan tertarik kita coba jajaki'. Saya menemui proses ini dengan sungguh-sungguh karena harus menghormati mereka. Kita tahu jalannya masih panjang.

Berarti ini sebelum pilpres obrolan-obrolan ini?

Iya sebelum selesai pilpres. Mungkin Oktober-November [2023]. Dan begitu selesai pilpres tentu saja makin intens karena dianggap chapter pilpres sudah selesai terus masuk babak baru yakni pilkada.