News - Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran, Arianto Muditomo, menjelaskan penyebab banyaknya bank asing yang hengkang dari Indonesia. Hal ini lantaran kuatnya persaingan secara langsung dengan fintech dan bank 'Big Four' Tanah Air.
“Dari sisi suplai dapat dilihat bahwa bisnis ritel bank asing saat ini bersaing secara langsung dengan fintech dan 'Big Four' perbankan Tanah Air [BNI, BRI, Mandiri dan BCA],” kata Arianto kepada Tirto, Senin (27/11/2023).
Arianto mengilustrasikan, bisnis kartu kredit yang selama ini dipercayakan pemegang kartu pada penerbit bank asing telah berhadapan langsung dengan BNPL (buy now pay later) fintech. Selain itu, pembayaran ritel dengan kartu debit GPN dan QRIS juga dikuasai perbankan dalam negeri dan fintech pembayaran.
Arianto menilai, konsumen ritel juga lebih mempercayakan layanan perbankan yang dihadirkan dari penguasa bank di Indonesia seperti 'Big Four'. Sulit bagi bank asing, kata dia, untuk mendapatkan kepercayaan dan mengambil alih top of mind pasar di dalam negeri.
“Dari sisi demand, konsumen ritel juga lebih mempercayakan layanan perbankan konsumennya pada 'Big Four' ditambah dengan top of mind pembiayaan KPR yang belum lepas dari brand BTN,” ucap dia.
“Sedangkan pembiayaan konsumen non KPR masih dipercayakan pada multifinance dan pegadaian,” sambung Arianto.
Sementara itu, ia mengatakan, refocusing bank asing ke segmen institusi, treasuri dan transactional banking setidaknya masih memiliki keunggulan dengan representasi multi-nasional yang mereka miliki. Hal ini terkait dengan ketersediaan likuiditas dan peluang pasar global yang tidak mudah dilakukan oleh 'Big Four' perbankan Indonesia.
Untuk diketahui, bank asing yang telah hengkang dari Indonesia di antaranya adalah bisnis consumer banking Citibank yang dialihkan ke Bank UOB Indonesia, akuisisi portfolio pinjaman ritel konvensional StanChart oleh Bank Danamon, dan pengambilalihan divisi ritel Bank ANZ Indonesia oleh Bank DBS Indonesia.
Meski demikian, Arianto menilai, istilah ‘hengkang’ tidak sepenuhnya benar. Ia mengatakan, sebagian besar bank asing sebenarnya melepas lini bisnisnya ke bank di Indonesia yang masih terafiliasi asing.
“Namun perlu diperhatikan juga bahwa 'pembeli'nya pun adalah bank terafiliasi asing. Jadi tidak sepenuhnya benar istilah hengkangnya bank asing, namun saya cenderung menyebutnya sebagai refocusing bisnis bank asing di Indonesia,” kata dia.
Terkini Lainnya
Artikel Terkait
Praktisi Perbankan: Investasi di Bank Digital Masih Aman
Penutupan 3 Bank Asal AS Tak Berdampak ke Industri Perbankan RI
Situasi Kantor Rabobank Setelah Umumkan Hengkang dari Indonesia
BI Sebut Tiga Bank Asing Belum Terkoneksi GPN
Populer
Jika Anies & Ahok Maju Pilgub Jakarta, KIM akan Usung Siapa?
Peta Politik Pilkada Semarang Usai Kantor Mbak Ita Digeledah KPK
Apakah PKB & PDIP Akan Bikin Poros Baru demi Lawan Anies di DKI?
OECD Beri Penilaian Baik ke BUMN Meski Banyak Komisaris Titipan
Kejati Jatim: INKA Habiskan Rp28 M dalam Proyek Fiktif di Kongo
Terusir dari Surabaya, Tante Lien Pindah ke Den Haag yang Malang
Bus Rombongan Rektor Unpam Kecelakaan di Tol Cipali, 1 Meninggal
Titik Nol Peradaban Hindu-Buddha di Pesisir Jawa Tengah