News - Menjenjang langkah pertama ke Gedung Arca Museum Nasional Indonesia, kita akan disapa oleh sosok dewa bijak nan ramah. Setiap pengunjung Museum Nasional Indonesia pastilah bertemu muka dengannya. Namun, kita agaknya telah lancang karena dalam petualangan-petualangan sebelumnya, kita melewatkan dirinya begitu saja.

Kita telah jauh masuk ke dalam ruang-ruang koleksi Museum Nasional Indonesia dan bertualang mengikuti kisah-kisah Nekara Makalamau dari Pulau Sangeang hingga Prasasti Kedukan Bukit. Namun, kita melewatkan dia yang selalu menyambut kita di bagian depan Gedung Arca.

Untungnya, kali ini adalah saat yang tepat untuk balik menyapa dewa berjuluk Sang Penghalau Mara Bahaya ini. Kita juga bisa memintanya membawa kita bertualang ke masa lalu dan mengail wawasan karena dia juga dikenal sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan.

Lihatlah, di tangan kiri dia memegang modaka, mangkuk berisi saripati ilmu pengetahuan yang tiada habisnya. Selain modaka itu, kita juga bisa menengarai kedewataannya dari sirascakra, jatamakuta, dan empat tangannya. Di tangannya yang lain, Sang Dewa juga memegang tiga benda yang menjadi ikon khasnya, yaitu patahan gading (ekadanta), kapak perang (parasu), dan tasbih (aksamala).

Terlepas dari simbol-simbol kedewataan itu, Pembaca pasti langsung dapat mengenali Sang Dewa dari kepala gajahnya. Kau benar jika menyebut Sang Dewa sebagai Ganesa, putra Siwa dan Parwati.