News - Jika Arca Ganesa dari Candi Banon menjadi simbol masa awal mekarnya kebudayaan Hindu-Buddha di Nusantara, koleksi yang kita bahas kali ini nisbi cocok merepresentasikan senja kalanya. Mungkin, itu sebabnya koleksi ikonik ini diletakkan berseberangan dengan Ganesa.
Sementara Dewa Penghalau Rintangan itu menyapa pengunjung yang masuk, arca yang lazim diperkenalkan sebagai Bhairawa—emanasi Dewa Siwa yang bengis—itu adalah pengiring menuju halaman tengah Museum Nasional Indonesia.
Dalam sekilas pandang, pengunjung pasti bisa langsung mengenali arca yang diperkirakan berasal dari sekitar abad ke-13 atau ke-14 ini. Arca Bhairawa menjadi ikon bukan hanya karena nilai sejarahnya, tapi juga karena ukurannya yang masif. Dengan tinggi mencapai 4,4 meter dan berat sekira 4 ton, ia merupakan yang terbesar di antara sekira 190 ribu benda bersejarah yang dimiliki Museum Gajah.
Pengunjung museum juga bakal mudah mengenalinya dari fitur-fitur yang melekat padanya. Sekilas, ia laksana raksasa bertubuh gempal dengan ekspresi wajah krodha (penuh amarah). Makin mengerikan lagi karena ia tengah memegang belati dan sebuah mangkuk tengkorak manusia.
Sang Bhairawa diarcakan berdiri di atas mayat lelaki yang kakinya dilipat ke punggung. Fitur lain yang juga menonjolkan aspek demoniknya adalah jajaran tengkorak di bagian lapik arca.
Namun, kontras dari semua fitur demonik itu, sebuah relief Buddha Aksobhya—salah satu emanasi dari Adhibuddha—terukir di mahkotanya. Ia pun digambarkan dengan sirascakra yang mengindikasikan kedewataannya.
“Beberapa ahli menganggap arca ini sebagai manifestasi aktivitas keagamaan aliran Tantra,” tulis Budi Istiawan dan Bambang Budi Utomo dalam Menguak Tabir Dharmasraya (2006).
Siapakah sebenarnya figur dewata nan enigmatik ini? Apa hubungannya dengan Tantra yang merupakan praktikesoteris?
Untuk menjawabnya, kita akan bertualang ke Sumatra masa 700-an tahun silam, tempat Buddhisme esoteris pernah mekar di bawah kuasa seorang raja bernama Adityawarman. Kita juga akan mencari tahu, bagaimana nenek moyang kita memandang religiusitas secara amat cair.
Dari Sumatra hingga Jakarta
Arca Bhairawa ditemukan di daerah yang kini menjadi bagian dari Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat. Persisnya, ia ditemukan pada 1906 di tebing di tepian sebelah utara Sungai Batang Hari yang melewati Nagari Siguntur.
Pada 1935, rombongan Oudheidkundige Dienst (OD—Dinas Purbakala Kolonial) dipimpin oleh F.M. Schnitger mengeksplorasi lagi situs tempat penemuan Arca Bhairawa.
Schnitger menceritakan ekspedisi itu secara singkat dalam monografArchaeology of Hindoo Sumatra (1937). Schnitger menduga bahwa Arca Bhairawa tersebut semula pastilah tidak diletakkan di tebing sungai seperti saat ditemukan.
Konservator benda purbakala itu tak bisa memastikan di mana lokasi awal arca itu didirikan.Namun, diaberhasilmenemukan struktur bermaterial bata di sebelah barat laut lokasi penemuan arca.
“Ternyata itu adalah sebuah bangunan berukuran 20 meter persegi dengan tangga di empat penjurunya,” tulis Schnitger.
Terkini Lainnya
Dari Sumatra hingga Jakarta
Bhairawa atau Mahakala?
Inklusi Beragama
Artikel Terkait
Gedung Arsip Nasional: Oasis Sejarah di Belantara Beton Ibu Kota
Gua Pawon: Jejak Prasejarah di Tengah Kepungan Tambang Kapur
Bendera Pusaka di Momen Proklamasi & Sejarah yang Menyertainya
Dua Teks Proklamasi Lahir pada 17 Agustus 1945 Dini Hari
Populer
Mahasiswi Untar Diduga Bunuh Diri Loncat dari Gedung Kampus
Kapolres Boyolali Meninggal Dunia usai Alami Kecelakaan
Srimul: 11 Juta Lapangan Kerja Tercipta di Tengah Isu Banyak PHK
Dharma Akui Jadi Bos BSSN Berkat Pramono & Dukung Jadi Presiden
Pramono Sebut Jabar Belum Ramah Disabilitas, RK: Saya Minta Maaf
MenPAN-RB Ungkap Update Terbaru Nasib Gaji Tunggal PNS
Dharma Sebut Pandemi COVID Agenda Asing: Kenapa Bukan Taufik?
Potret Buram Kondisi Pertanian & Pekerja Tani di Indonesia
Flash News
Gerindra Pastikan Keppres Pemindahan IKN akan Diteken Prabowo
Kemenag akan Gelar Religion Festival di Jiexpo pada 9 Oktober
Program Jaringan Asmara ala Pramono demi Tampung Aspirasi Warga
Soal Kartu Kamu ala RK, Pramono: Sudah Terlalu Banyak Banget
DPR Mengeluh Rumah Dinas Kerap Kemasukan Tikus dan Atap Bocor
Rumah Dinas DPR di Kalibata Masih Dapat Perawatan & Layak Huni
Dewan Pers: Penganiayaan Pimred Floresa Pelanggaran Serius
KPK Masih Periksa Saksi Terkait OTT di Pemprov Kalsel
Pimred Floresa Mengaku Diintimidasi Polisi Sebelum Dibebaskan
Solidaritas Hakim Indonesia Audiensi dengan MA dan IKAH Hari Ini
Mahasiswi Untar Diduga Bunuh Diri Loncat dari Gedung Kampus
Alasan Anggota DPR Tak Lagi Dapat Rumah Dinas
Polisi Tangkap Empat Tersangka Baru Pembubaran Diskusi di Kemang
Kapolres Boyolali Meninggal Dunia usai Alami Kecelakaan
Balita Empat Tahun Ditemukan Tewas Mengenaskan di Gardu Listrik