News - Energi menghidupkan peradaban industrial yang menjadi jalan tol bagi negara berkembang dan tertinggal untuk dapat digolongkan sebagai negara maju. Namun, ketika menyadari bahwa kuota negara maju hanya seperlima dari negara berkembang, kita tersadar bahwa energi tak pernah cukup untuk menginklusifkan kemajuan.

Sejarah Penguasaan Energi dan Konflik di Dunia

Refleksi sejarah memvalidasi dugaan tersebut ketika energi justru memotivasi konflik yang tak berkesudahan. Kita bisa melihat persaingan antara Inggris dan Jerman yang mengawali Perang Dunia I berkorelasi erat dengan penguasaan energi.

Langkah Inggris untuk mengamankan hak konsesi lapangan minyak di Teluk Persia selama 60 tahun diikuti dengan strategi Jerman membangun infrastruktur kereta api dari Berlin ke Baghdad sebagai jalur distribusi energi.

Selain itu, penghentian jalur minyak Amerika Serikat ke Jepang juga menjadi faktor keterdesakan penyerangan Pearl Harbour dalam Perang Dunia II sehingga Jepang melanjutkan invasi ke selatan untuk mencari pasokan besar energi.

Potret invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu juga menunjukkan hegemoni energi sebagai alat ekonomi dan politik strategis dalam konflik. Uni Eropa merespons invasi tersebut melalui embargo penuh atas impor minyak, batu bara, nuklir, dan gas dari Rusia.