News - Kwee Thiam Tjing tidak tahu keberuntungan macam apa yang dimiliki kawannya yang mempunyai pembawaan tukang kelahi itu, Liem Koen Hian. Dalam memoarnya, Menjadi Tjamboek Berdoeri (2010), Thiam Tjing ingat satu waktu mereka pernah runtang-runtung memasuki toko Belanda di Gemblongan, Surabaya. Koen Hian tiba-tiba menghampiri nona Indo-Belanda yang rupawan di meja kasir.

Koen Hian pura-pura menanyakan harga barang ini dan itu. Lantas, dengan gaya seorang sinyo, dia bertanya pukul berapa toko tutup dan sang nona sedia diajak jalan. Tak menjawab, sang nona lari ke belakang dan balik lagi dengan atasannya, seorang Belanda berpotongan bongsor.

Neen! Neen! Zij gaat niet uit! En vooral niet zo’n soort als jullie!” (Tidak, tidak! Dia tidak akan jalan-jalan, apalagi dengan pemuda semacam kalian!).

Bukannya mundur, Koen Hian mendekati Belanda itu, lalu menggamit lengan atasnya sambil membela diri bahwa kejadian barusan salah sangka belaka. Lalu, saat lawan bicaranya tampak lengah, Koen Hian menoyor si Belanda tepat di mulut sampai jatuh terduduk.

Setelah bangkit, Belanda itu pergi ke belakang dan tidak keluar lagi, padahal Koen Hian sudah siap kalau-kalau polisi datang. Dalam perjalanan pulang, Thiam Tjing bertanya, buat apa Koen Hian pegang-pegang lengan atas si Belanda tadi.

“Gua mau kir (taksir) dulu spier (kekuatan otot)-nya. Ternyata lembek, jadi gua toyor saja!”