News - Kawasan Rancaekek dan Jatinangor diterjang angin puting beliung, Rabu, 21 Februari 2024. Angin kencang yang melintasi Jalan Raya Bandung-Garut ini menumbangkan pohon dan sejumlah papan reklame.

Angin yang berputar sangat cepat juga memorak-porandakan pabrik-pabrik, pusat perbelanjaan BORMA, dan ratusan rumah penduduk. Puluhan orang terluka. Sampai tulisan ini dibuat, tidak ada korban jiwa.

Sebagai fenomena yang langka terjadi di Indonesia, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berencana akan meneliti peristiwa ini.

Dalam unggahannya di X (Twitter), Rabu (21/1), Erma Yulihastin sebagai pakar klimatologi di BRIN, mengatakan amukan angin di Rancaekek ini sudah masuk dalam kategori tornado, dan disebut sebagai tornado pertama di Indonesia.

Berada di dataran tinggi dan dilindungi gunung-gunung, kawasan Cekungan Bandung beberapa kali diterjang angin puting beliung. Masyarakat Sunda menyebut peristiwa alam ini sebagai angin puyuh.

Beberapa kali sejumlah daerah di Bandung diterjang angin yang sangat besar dan sampai menimbulkan korban jiwa, termasuk di Rancaekek.

Kawasan Rancaekek berjarak 16 km arah timur Kota Bandung. Daerah ini memiliki dataran luas yang dekat dengan pergunungan. Di masa lalu, dataran luas ini dimanfaatkan pemerintah kolonial untuk membangun infrastruktur vital.

Pada 1917, militer Belanda membuat lapangan pacu yang dipakai untuk berlatih dan meneliti karakter udara di Bandung dan sekitarnya. Landasan pacu ini hanya berfungsi beberapa bulan karena tanah Rancaekek labil dan sering dilanda banjir.

Warsa 1925, pemerintah membuka kompleks stasiun radio penerima di Rancaekek yang dibuat untuk mendukung keberadaan stasiun pemancar di Gunung Malabar.