News - Salah satu momen menarik dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB COP26 di Glasgow Skotlandia yang berakhir pada 12 November lalu adalah pidato Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama. Ia menyampaikan kekecewaan berat gara-gara pemimpin dua negara penghasil emisi terbesar, Cina dan Rusia, tidak hadir dalam acara yang diikuti sedikitnya oleh 30 ribu delegasi dari 197 negara tersebut.

Presiden AS yang sekarang, Joe Biden, juga menyoroti itu. Ia menganggap ketidakhadiran Presiden Xi Jinping sebagai “kesalahan besar” yang menandakan lunturnya pengaruh Cina di panggung dunia. “Seluruh dunia akan melihat ke Cina dan bertanya ‘nilai tambah apa yang mereka berikan?’ Mereka sudah kehilangan kemampuan untuk memengaruhi masyarakat dunia dan orang-orang di COP.”

Cina, yang roda ekonominya berputar kencang selama dua dekade terakhir, memang selalu dituntut turut bertanggung jawab mengatasi perubahan iklim. Selain berasal dari negara seperkasa AS, kritik juga datang dari kepulauan yang berisiko tenggelam akibat kenaikan air laut, Maladewa. “Mereka sangat mengabaikan COP. Mereka sudah mengabaikan planet ini. Mereka sudah mengabaikan iklim,” kata politikus sekaligus Mantan Presiden Mohamed Nasheed.

Negara-negara yang rentan terdampak perubahan iklim kerap menjalin kerja sama dengan Cina. Mereka mendapatkan kemudahan untuk pinjam duit terutama untuk proyek-proyek infrastruktur atau energi. Tak terkecuali Maladewa. Utang mereka ke Cina sebesar 1 miliar dolar, setara seperempat dari total Produk Domestik Bruto.

Nasheed mengatakan ada kaitan yang jelas antara sikap Cina soal iklim dan kemampuan negara-negara debitur melunasi utangnya. “Ketika Maladewa tidak ada lagi, bagaimana Maladewa mampu membayar utangnya?” tanya Nasheed.

Kontribusi Emisi Karbon Cina

Seberapa signifikan kontribusi Cina terhadap perubahan iklim? Menurut riset Rhodium Group, sepanjang 2019 Cina sudah menyumbang lebih dari 27 persen emisi gas rumah kaca. Di bawahnya terdapat AS dengan kontribusi sebesar 11 persen, India (6,6 persen), Uni Eropa (6,4 persen), Indonesia (3,4 persen), dan Rusia (3,1 persen). Tahun itu, jumlah emisi gas Cina mencapai 14,093 miliar ton—sekitar 30 juta ton lebih banyak dibandingkan akumulasi karbon geng negara ekonomi kaya OECD yang totalnya 14,057 miliar ton.

Terdapat jejak perusahaan negara atau BUMN Cina di balik peningkatan emisi karbon tersebut. Akhir Oktober kemarin Bloomberg melaporkan jika tahun lalu produsen baja China Baowu Group diperkirakan sudah melepas karbon ke atmosfer sebanyak 211 juta ton. Angka itu lebih besar dibandingkan total karbon Pakistan. Emisi perusahaan listrik Huaneng Power International mencapai 317 juta ton atau setara gas buangan Inggris Raya. Di sektor minyak, China Petroleum & Chemical Corp. menghasilkan 733 juta ton karbon, di atas jumlah emisi total Spanyol dan Kanada. Petrochina Company Ltd. memproduksi lebih banyak, sekitar 881 juta ton karbon. Itu lebih besar dari gabungan emisi yang dihasilkan Vietnam dan Korea Selatan.