News - “Saya bergabung dengan Microsoft pada 1992 karena ingin bekerja dengan perusahaan yang dipenuhi oleh orang-orang yang percaya bahwa mereka dapat mengubah dunia,” tulis Satya Nadella, Chief Executive Officer (CEO) Microsoft, dalam memoar berjudul Hit Refresh: The Quest to Rediscover Microsoft’s Soul and Imagine a Better Future for Everyone (2017).

Bagi Nadella--yang memilih menjadi programmer usai dibelikan Sinclair ZX Spectrum oleh ayahnya di usia belia--Microsoft merupakan perusahaan legendaris nan revolusioner yang sukses memasyarakatkan komputer. Membuat komputer, yang di awal penciptaannya hanya ditujukan bagi negara, korporasi, dan institusi pendidikan tingkat tinggi semata, muncul di ruang-ruang keluarga.

“Nahas,” ujar Nadella, “usai Microsoft berkuasa di pasar PC (personal computer) dengan menekuk-lutut IBM dan Apple, perusahaan ini telah berubah.” Bukan ke arah yang lebih baik, tetapi sebaliknya.

“Inovasi dalam tubuh Microsoft telah digantikan oleh birokrasi. Kerjasama telah tergantikan oleh politik. Muncul ketidakharmonisan antar divisi,” terang Nadella

Kemunduran Microsoft ini secara kasatmata terlihat dari sistem operasi yang mereka ciptakan, Windows, yang tak pernah “stabil” karena nafsu berkuasa. Mengganti Windows 2000 dengan Windows ME (Millenium Edition), misalnya, gagal berantakan untuk kemudian diselamatkan oleh Windows XP. Atau merilis Windows Vista sebagai produk paling memalukan bagi Microsoft hingga akhirnya diselamatkan oleh Windows 7.

Seolah tidak pernah berkaca pada kegagalan ME dan Vista, Microsoft mendepak kesuksesan Windows 7 dengan Windows 8, sistem operasi yang gagal di pasaran karena lebih mementingkan user interface (UI) berbasis layar sentuh alih-alih cara konvensional, keyboard dan mouse, sebagai pilihan utama pengguna komputer.

Tak ingin melihat Microsoft hancur, saat diangkat menjadi CEO menggantikan Steve “Developers Developers Developers” Ballmer pada Februari 2014, Satya Nadella segera melakukan pembenahan. Selain melakukan reorganisasi perusahaan--tak sampai setahun setelah Nadella berkuasa--Microsoft merilis Windows 10 sebagai permintaan maaf perusahaan yang didirikan Bill Gates dan Paul Allen ini atas ulahnya yang telah melahirkan Windows 8 (dan Windows 8.1) dan menghapus “start menu.”