News - Nilai tukar Rupiah kembali menembus posisi Rp15.002 per dolar AS pada penutupan Kamis (7/7/2022). Mata uang Garuda melemah 3 poin atau 0,02 persen dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp14.999 per dolar AS.
Pengamat Ekonomi IndiGo Network, Ajib Hamdani menilai pelemahan Rupiah bagi Indonesia tentu bagai dua sisi mata uang. Satu sisi memberikan keuntungan, di sisi lain memberikan kerugian bagi Tanah Air.
Dia mengatakan perekonomian nasional akan menemukan keseimbangan baru dengan makin melemahnya nilai Rupiah. Sisi positifnya jangka pendek akan lebih mendorong orientasi untuk ekspor.
"Secara ekonomi bisnis, relatif banyak keuntungan," kata Ajib kepada Tirto.
Akan tetapi dari sisi keuangan negara, kata Ajib, justru ini akan membuat neraca keuangan makin mengalami tekanan. Hal ini karena sebagian utang dalam bentuk mata uang asing.
"Pemerintah harus lebih presisi dalam membuat struktur keuangan yang tetap terjaga dan sehat," ujar Ajib yang juga Ketua Bidang Keuangan dan Perbankan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi).
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menambahkan, pelemahan Rupiah sudah diprediksi sebelumnya karena tekanan eksternal menguat. Berdasarkan proyeksinya Rupiah bakal melemah hingga Rp16.000 per dolar AS sepanjang akhir tahun.
"Saat ini pelemahan nilai tukar rupiah baru awal, tekanan berikutnya terjadi saat kenaikan Fed rate atau suku bunga acuan AS berikutnya terjadi," ujarnya dihubungi terpisah.
Bhima memahami sinyal resesi ekonomi secara global seperti yang disampaikan oleh berbagai lembaga keuangan menjadi kekhawatiran mendasar pelaku pasar. Misalnya proyeksi Citigroup terkait risiko dunia mengalami resesi kini sebesar 50 persen dalam 18 bulan ke depan.
Disaat bersamaan, Bank Indonesia juga masih menahan suku bunga acuan disaat terjadi kenaikan inflasi Juni sebesar 4,35 persen. Imbasnya arus keluarnya dana asing masih akan tinggi.
"Kita harus mempersiapkan diri dalam skenario yang terburuk, inflasi naik tidak konsumen siap berarti daya beli masyarakat bisa kontraksi," ujarnya.
Terkini Lainnya
Artikel Terkait
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Momentum Tepat Cintai Produk Lokal
Kadin: Kurs Rupiah Anjlok Ganggu Operasional Perusahaan di RI
Mengukur Ketahanan Fiskal RI di Tengah Tren Pelemahan Rupiah
Fenomena Berulang Kurs Rupiah Keok Setiap Transisi Pemerintahan
Populer
Daya Beli Masyarakat Lemah, Ritel di Ambang Krisis
DPR Minta Anggaran Kemenkes Imbas Efisiensi Rp10 T Dikembalikan
Razman Arif Buat Ricuh Persidangan Hotman Paris di PN Jakut
Perjanjian Asuransi Pascaputusan MK: Apa yang Saja Berubah?
Kemenhub Panggil Bos Air Minum Imbas Kecelakaan di GT Ciawi
Anggaran Rp50 M Badan Haji & Umrah Hilang, DPR: Dicopet Siapa?
Nelangsa Warga Perumahan Tambun Bekasi, Tergusur Meski Punya SHM
Masa Depan AI di Genggaman Cina
Flash News
Razman Arif Buat Ricuh Persidangan Hotman Paris di PN Jakut
Pengelola Klaim Kejati Jabar Keliru Sita Kebun Binatang Bandung
Panitia SNPMB Beri Kesempatan Finalisasi Terakhir Jumat Sore
Budi Djiwandono Bantah Prabowo Reshuffle Kabinet: Enggak Ada
Transjakarta Klarifikasi soal Video Mobil RI 24 di Lajur Busway
DPR Minta Anggaran Kemenkes Imbas Efisiensi Rp10 T Dikembalikan
Polair Tetapkan 2 Tersangka Tambang Timah Ilegal, 1 WN Korsel
Baleg Luruskan Tatib DPR Terkait Pencopotan Pejabat
KPK: Upaya Tangkap Harun di PTIK Digagalkan Orang Suruhan Hasto
Respons TNI soal Tatib Baru DPR Terkait Pencopotan Pejabat
RS Polri Terima 16 Kantong Jenazah Korban Kebakaran Glodok Plaza
RS Polri Identifikasi 2 Jenazah Terkait Pembunuhan di Bekasi
Wali Kota Jakpus Arifin Diperiksa Terkait Kasus Korupsi Disbud
Harun Masiku Disebut Punya Pengaruh di MA, Dekat dengan Hatta
Menteri Ara soal Isu Reshuffle Kabinet Prabowo: Harus Siap