News - Apa kamu termasuk pengamat setia tren kecantikan dan beauty hack yang berseliweran di TikTok atau Instagram?

Kalau iya, kamu mungkin ingat setahun belakangan ini sejumlah influencer gencar memopulerkan pemakaian asam glikolat dan asam salisilat di ketiak.

Padahal, asam yang banyak ditemukan dalam cairan toner tersebut lazimnya diaplikasikan ke wajah untuk membersihkan, melembabkan, sekaligus memberikan sensasi kesegaran.

Nah, beberapa beauty enthusiast di dunia digital mengklaim bahwa asam-asaman ini mampu menetralkan bau badan atau bahkan mengurangi produksi keringat di ketiak.

Asam glikolat itu sendiri merupakan jenis asam alfa hidroksi (AHA), asam alami yang ditemukan dalam makanan. Asalnya dari tanaman tebu.

Ia bekerja dengan menghilangkan lapisan atas sel kulit mati. Pendeknya, asam glikolat dapat membantu memulihkan kerusakan pada kulit akibat sinar matahari.

Kita biasanya menggunakan produk perawatan wajah dengan kandungan asam glikolat untuk mengatasi jerawat, penuaan kulit, bercak kulit gelap di muka, sampai memudarkan bekas jerawat.

Sementara itu, asam salisilat tergolong sebagai asam beta hidroksi (BHA).

Asam salisilat mengurangi jerawat dan komedo dengan mengelupas kulit sekaligus menjaga pori-pori tetap bersih sehingga membantu mencegah munculnya jerawat.

Dalam industri kecantikan, kedua asam ini kerap digunakan sebagai eksfoliator untuk membantu meratakan tekstur kulit, memperbaiki hiperpigmentasi, dan meningkatkan pergantian sel.

"Kedua asam ini memiliki manfaat yang terbukti untuk kesehatan kulit, terutama dalam konteks perawatan wajah,” jelas dr. Arini Astasari Widodo, SM, Sp.DVE, FINSDV, spesialis dermatologi dari RS Abdi Waluyo Jakarta, “Tetapi penggunaan di area ketiak adalah aplikasi yang kurang lazim dan belum banyak diteliti."

Diajeng Gycolic Acid Ketiak

Ilustrasi wanita yang menderita bau badannya. FOTO/iStockphoto

Bau Badan: Kombinasi Keringat dan Bakteri

“Kamu harus tahu apa yang menyebabkan bau badan untuk memahami kenapa asam glikolat atau asam salisilat mungkin bisa membantu mengurangi bau badan,” kata Dr. Christopher Bunick, dokter kulit dan profesor dermatologi di Yale School of Medicine di Connecticut, seperti dilansir dari HuffPost.

Bunick menyinggung penelitian di jurnal Scientific Reports (2020) yang mengulas tentang jenis bakteri di balik aroma tubuh atau bau badan kita.

Bau badan merupakan ciri khas Homo Sapiens yang dapat ditelusur dari leluhur kita. Kemunculan bau badan itu tidak dapat dipisahkan dari keberadaan beberapa spesies mikroba komensal. Spesies bakteri normal yang hidup di kulit manusia, terutama di area ketiak, dikenal dengan nama Staphylococcus hominis.

Nah, bakteri inilah yang berperan mengubah enzim kimia dari keringat menjadi senyawa thioalcohol yang merupakan penyebab bau badan.

Menurut Dr. Priya Verma, direktur medis di Nova Aesthetic Clinic di Inggris, seperti dikutip dari Refinery29, klaim di TikTok bahwa asam glilkolat dapat mengurangi bau badan berkaitan dengan kemampuan asam tersebut untuk “menurunkan kadar Ph di ketiak sehingga menciptakan lingkungan yang sulit bagi bakteri untuk bertahan hidup”.

Area ketiak dan kelamin secara alami memang memiliki tingkat pH atau derajat keasaman yang lebih tinggi dari bagian tubuh lain.

Meski begitu, belum ada temuan ilimiah yang cukup kuat untuk mendukung efektivitas maupun keamanan kandungan asam sebagai penghilang bau badan.

Verma bahkan belum menemukan bukti cukup bahwa asam glikolat dapat mengurangi produksi keringat, “Faktanya, air dari keringat justru akan menetralkan asam glikolat dan mengurangi manfaat-manfaat dari pemakaian asam tersebut.”

Apa yang tidak diungkapkan dalam tren di TikTok adalah poin penting bahwa diperlukan keringat dan bakteri untuk menghasilkan bau badan. Kembali ditekankan oleh Bunick, "Padahal, bakteri itu sendiri tidak akan menghasilkan bau.”

"Jadi, jika hanya menggunakan asam glikolat atau asam salisilat untuk membunuh bakteri, betul, memang bisa membunuh bakteri tersebut. Akan tetapi, akar penyebab bau sebenarnya adalah kombinasi bakteri dan keringat,” terang Bunick lagi.

Diajeng Gycolic Acid Ketiak

ilustrasi duyung kegemukan dengan rambut di ketiak. FOTO/iStockphoto

Mengatasi Produksi Keringat Berlebih

Alih-alih fokus pada upaya pengenyahan bakteri di ketiak, penanganan produksi keringat berlebih melalui perawatan dermatologi lebih direkomendasikan oleh pakar kesehatan.

"Berdasarkan pedoman dermatologi untuk bromhidrosis [bau badan], perawatan yang lebih menyeluruh dan terarah melibatkan penggunaan antiperspirant berkandungan aluminium chloride, perawatan laser, botox, atau dalam beberapa kasus, tindakan bedah kecil untuk mengurangi produksi keringat berlebih penyebab bau badan," jelas dr. Arini yang juga dosen Universitas Ukrida ini.

Antiperspirant, baik yang dijual bebas di apotek maupun diresepkan oleh dokter, bisa membantu mencegah dan menekan produksi keringat berlebih. Antiperspirant berbeda dengan deodoran, yang fungsinya sekadar menutupi atau menyamarkan bau badan.

Meski beredar banyak rumor yang mengaitkan pemakaian antiperspirant atau deodoran berbahan aluminium dengan kanker payudara, situs American Cancer Society menegaskan, riset tentang topik ini masih terbatas. Selain itu, kebanyakan studi ilmiah belum menemukan kaitan kuat antara pemakaian antiperspirant dan penyakit kanker payudara.