News - Perkembangan ilmu pengetahuan di peradaban Islam pernah mengalami puncak kemajuan selama lima abad. Masa itu disebut sebagai periode klasik. Harun Nasution dalam buku Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (1985) mencatat periode kejayaan peradaban Islam berlangsung pada 650-1250 Masehi.

Periode klasik tersebut merupakan masa kekuasaan Dinasti Umayyah yang kemudian digantikan Dinasti Abbasiyah. Kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Islam mencapai puncaknya pada era pemerintahan dua khalifah dari Daulah Abbasiyah, yakni Harun Al-Rasyid dan Al Ma’mun.

Perhatian dua penguasa Dinasti Abbasiyah tersebut pada kemajuan ilmu pengetahuan terlihat dengan adanya lembaga perpustakaan bernama Baitul Hikmah. Lembaga ini menjadi semacam pusat riset yang secara aktif menerjemahkan teks-teks Yunani, Persia, dan India ke dalam bahasa Arab.

Baitul Hikmah yang berdiri selama abad 9-13 Masehi mencetak banyak sarjana muslim yang mahir di bidang matematika, astronomi, kedokteran, kimia, geografi, hingga filsafat. Lembaga yang sama pun membuka diri kepada para ilmuwan dan pembelajar dari kalangan Yahudi dan Kristen.

Di antara bidang-bidang keilmuan tersebut, filsafat memegang peranan paling penting. Kemajuan ilmu filsafat mendorong perkembangan bidang-bidang studi lainnya. Banyak filsuf Islam kala itu tidak hanya menguasai filsafat, tetapi juga berbagai bidang ilmu lainnya.

Selain Baghdad dan kota lain di sekitarnya, Andalusia (Spanyol) juga menjadi tempat lahirnya banyak ilmuwan filsafat Islam, terutama pada masa Daulah Umayyah II (756-1031 M) berkuasa di semenanjung tersebut. Kota Cordoba menjadi salah satu pusat kemajuan ilmu pengetahuan di Andalusia masa itu.

Tokoh Cendekiawan Islam di Bidang Ilmu Filsafat

Sebenarnya cukup banyak tokoh cendekiawan islam di bidang ilmu filsafat dari periode klasik, baik dari wilayah Daulah Abbasiyah (Baghdad, Persia, Asia Tengah, Arab, Afrika Utara) maupun Andalusia di masa Daulah Umayah II.

Di antara nama filsuf Islam yang populer dan berpengaruh besar pada periode klasik adalah Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan masih banyak lagi.

Namun, daftar tokoh filsafat islam dan karyanya berikut ini hanya berisi sebagian saja dari para ilmuwan muslim tersebut, terutama yang pemikirannya masih berpengaruh hingga saat ini.

Berikut profil 8 tokoh cendekiawan muslim di bidang ilmu filsafat beserta karya-karya besarnya:

1. Al-Kindi (801-873 M)

Abu Yusuf Ya'qub bin Ishaq al-Kindi dianggap sebagai pelopor generasi filsuf Islam pada periode klasik. Al-kindi merupakan filsuf muslim pertama yang menyusun pemikiran filsafat Islam dengan sistematis.

Selain dikenal sebagai ilmuwan filsafat Islam, Al-kindi juga aktif menerjemahkan teks-teks Yunani Kuno, terutama karya Aristoteles, Plato, dan sejumlah pemikir neoplatonis. Semasa hidup, al-Kindi menekuni kajian filsafat, logika, astronomi, politik, ilmu jiwa, kedokteran, musik, dan matematika.

Salah satu karya besar al-Kindi adalah Al-Falsafah al-Ula. Karya ini merupakan persembahan al-Kindi untuk khalifah al-Mu`tashim (833-842 M) dari Dinasti Abbasiyah. Al-Falsafah al-Ula sekaligus juga istilah untuk pemikiran metafisika al-Kindi yang didasarkan pada konsep filsafat Aristoteles.

2. Al-Farabi (870-950 M)

Al-Farabi dianggap sebagai filsuf Islam pertama yang secara sungguh-sungguh mengkaji filsafat Yunani klasik. Nama filsuf Islam ini lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Lharkhan bin Uzalagh Al-Farabi.

Kapasitas Al-Farabi dalam menerangkan filsafat Yunani sekaligus mengomparasikannya dengan falsafah Islam membuat ia meraih reputasi tinggi. Al-Farabi bahkan mendapat julukan The Second Master atau Guru Kedua setelah Aristoteles.

Kecemerlangan pemikiran Alfarabi membentang di berbagai bidang keilmuan, mulai dari bahasa, kimia, militer, astronomi, ketuhanan, ilmu alam, fiqih, musik, manthiq, dan tentu saja filsafat. Al-farabi tercatat menghasilkan 100 karya dalam bentuk risalah, naskah, dan buku.

Dari sekian banyak karya Al-Farabi, salah satu yang terpopuler dan berpengaruh adalah kitab Ar-Royu Ahlul al-Madinah wa al-Fadilah (pemikiran tentang penduduk negara utama).

3. Ibnu Sina (980-1073 M)

Abu Ali al Husain bin Abdullah bin Sina atau Ibnu Sina tidak hanya populer di dunia Islam. Nama filsuf Islam ini pun sejak berabad-abad lampau telah masyhur di dunia sains barat.

Para ilmuwan barat menyebut Ibnu Sina dengan nama Avicenna. Pengaruh Ibnu Sina tidak hanya besar di bidang filsafat, tapi juga kedokteran dan farmasi. Namun

Dua karya Ibnu Sina yang paling populer, yaitu ensiklopedia filsafat Kitab al-Shifa (Buku Penyembuhan) dan The Canon of Medicine, menjadi warisan bagi dunia kedokteran yang diakui oleh dunia Barat.

The Canon of Medicine (Al Qanun fi Tibb) menjadi buku kedokteran eksperimental paling penting yang pernah ditulis dalam sejarah dan menjadi kanon pengobatan dalam dunia Muslim maupun Eropa hingga abad ke-17.

Ibnu Sina masyhur sebagai tokoh filsafat peripatetik Islam. Dia dinilai piawai menggabungkan pemikiran filsafat ilmiah dengan teologi Islam. Berkat penggabungan ini, ia menghasilkan sebuah pemikiran teologi yang rasional. Namun, pemikiran Ibnu Sina di bidang filsafat Islam juga sempat memicu kontroversi dan perdebatan sengit.

4. Ibnu Rusyd (1126-1198 M)

Ibnu Rusyd memiliki nama lengkap Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd. Di dunia barat, nama Ibnu Rusyd biasa pula disebut dengan langgam latin, yakni Averroes.

Pemikir kelahiran Cordoba, Andalusia (Spanyol) berdarah arab ini tumbuh di keluarga ahli hukum (fiqih). Ayah Ibnu Rusyd, yakni Abu Al Qasim merupakan hakim di Cordoba.

Kejeniusan Ibnu Rusyd tampak dari karya-karyanya. Di banyak karyanya, Ibnu Rusyd selalu membagi pembahasan menjadi 3 bagian, yakni komentar, kritik, dan pendapat. Dia komentator sekaligus kritikus ulung.

Ulasannya terhadap karya-karya filsuf besar, termasuk Aristoteles, cukup banyak. Dalam ulasannya itu, Ibnu Rusyd tidak hanya memberi komentar melainkan juga menyampaikan pandangan filosofis miliknya. Kualitas kritik dan komentar Ibnu Rusyd membuat karya-karyanya populer, termasuk di Eropa.

Ermest Renan (1823-1892), seorang filsuf Prancis mencatat ada 78 judul karya Ibnu Rusyd. Dari jumlah tadi, karya Ibnu Rusyd dalam bidang filsafat sebanyak 39 buku, 5 buku ilmu alam, 8 buku tentang fikih, 4 buku ilmu falak, matematika dan astronomi, 20 buku kedokteran, serta dua buku tentang nahwu dan sastra.

Namun, sebenarnya masih banyak karya-karya Ibnu Rusyd lainnya. Sebagian besar karya Ibnu Rusy tak bisa bertahan karena lenyap akibat penindasan politik yang ia alami.