News - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di level 7.103,14 pada perdagangan perdana 2025, tepatnya pada Kamis (2/1/2025) pukul 09.00 WIB. Bila dibandingkan dengan penutupan perdagangan 2024, Senin (30/12/2024) yang sebesar 7.079,90, harga saham naik 0,33 persen.

Dalam semenit pertama, indeks komposit tumbuh 0,39 persen ke 7.107,82, dengan total 216 saham menguat, 100 saham melemah, dan 631 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi awal menyentuh Rp295,2 miliar, dengan volume saham yang diperdagangkan mencapai 1,2 miliar lembar.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menilai, kinerja pasar saham nasional di 2024 menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, di tengah beratnya kondisi perekonomian dunia. Hal ini terlihat dari IHSG yang pernah mencapai level terendahnya di 6.726,92 pada 19 Juni 2024 dan mencapai titik tertinggi di level 7.905 pada 19 September 2024.

“Yang walaupun turun 2,6 persen dari tahun lalu, namun (IHSG penutupan perdagangan 2024) di atas level terendah 6.726,92 pada 19 Juni 2024. Rentang besar sebesar 1.200 poin antara tingkat tertinggi dan terendah indeks di 2024 merefleksikan volatilitas yang luar biasa pasar modal global sebagai dampak perekonomian dunia yang mengalami tantangan berat,” kata dia dalam sambutannya di acara pembukaan perdagangan BEI, Kamis (2/1/2025).

Selain itu, nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp12,3 triliun atau tumbuh 6 persen. Kemudian, dari aktivitas penghimpunan dana di pasar modal telah tercatat 199 penawaran umum dengan total nilai penghimpunan dana Rp259,24 triliun, termasuk dari 43 emiten baru dengan nilai IPO Rp16,68 triliun dan Penawaran Umum Perdana Saham (PUPS) Rp41,77 triliun.

“Namun demikian kita juga melihat masih banyak ruang perbaikan yang harus dilakukan Indeks LQ45 yang berisi saham-saham perusahaan terbesar dan paling liquid serta biasanya menjadi rujukan investasi fund manager global dan domestik justru melemah 15,6 persen,” tambah Mahendra.

Sementara itu, menurut Bos OJK tersebut, Pembukaan Perdagangan di BEI menjadi kegiatan yang memiliki makna penting bagi pasar saham nasional. Sebab, momentum ini tak hanya menjadi awal dukungan yang baik bagi aktivitas pasar modal di awal tahun, melainkan juga sebagai penguat komitmen bersama seluruh stakeholder pasar modal untuk menjaga integritas, stabilitas dan daya saing di tengah tantangan ekonomi global.

Meski begitu, Mahendra yakin, kondisi ketidakpastian dunia sesungguhnya bisa menjadi peluang besar bagi pasar modal nasional.

“(Untuk) menunjukkan resiliensinya yang tinggi, sebagai cerminan perekonomian nasional dan kinerja perusahaan-perusahaan tercatat Indonesia,” kata dia.