News - Gula terkadang tak semanis rasanya. Mengonsumsi makanan atau minuman manis memang terasa menyenangkan. Akan tetapi, dalam kadar berlebihan, karbohidrat sederhana yang satu ini bahkan bisa mematikan.

Konsumsi gula berlebih sering kali dianggap sepele, padahal dampaknya terhadap kesehatan tubuh sangat signifikan. Gula terdapat secara alami dalam makanan seperti buah dan susu. Namun, sering kali gula tambahan yang ditemukan dalam minuman manis, makanan cepat saji, dan camilan memiliki efek negatif.

Saat mengonsumsi gula dalam jumlah berlebihan, seturut informasi dari Kompas.com, tubuh mendapatkan kalori tinggi tanpa nutrisi yang memadai. Ini dapat memicu masalah kesehatan serius.

Pertama, mengonsumsi gula secara berlebihan dapat meningkatkan risiko obesitas. Pasalnya, gula, khususnya dalam bentuk gula tambahan seperti yang ditemukan dalam soda, jus kemasan, dan makanan ringan, mengandung kalori kosong tanpa nutrisi penting seperti vitamin, mineral, atau serat.

Karena gula dapat meningkatkan nafsu makan, konsumsi gula berlebih membuat seseorang cenderung makan lebih banyak sehingga mengakibatkan kenaikan berat badan.

Hal ini terutama berisiko pada anak-anak dan remaja yang metabolisme tubuhnya masih dalam tahap perkembangan. Sejumlah pakar, seperti dilansir Eat This, Not That!, mengatakan bahwa konsumsi gula tambahan dalam minuman lebih cepat menyebabkan kenaikan berat badan daripada kalori dari makanan padat. Obesitas yang terjadi sejak usia dini bisa berlanjut hingga dewasa, meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis.

Selain itu, gula berlebih dapat mengakibatkan resistensi insulin—kondisi saat tubuh tidak merespons insulin secara efektif. Ini disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi terus-menerus sehingga memaksa pankreas memproduksi lebih banyak insulin untuk mengelola gula darah. Resistensi insulin adalah awal dari diabetes tipe 2, yang mengakibatkan tubuh kehilangan kemampuannya untuk mengontrol kadar gula darah secara alami.

Diabetes tipe 2 tidak hanya berdampak pada sistem peredaran darah, tetapi juga bisa merusak saraf, ginjal, dan organ penting lainnya. Kondisi ini memperlihatkan bagaimana konsumsi gula yang berlebihan dalam jangka panjang tidak hanya memengaruhi berat badan, tetapi juga berpotensi mengganggu kesehatan metabolik secara keseluruhan.

Dampak gula pada jantung juga tidak bisa diabaikan. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gula tambahan meningkatkan risiko penyakit jantung. Gula yang tinggi meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida dalam darah, serta menyebabkan peradangan pada pembuluh darah. Kondisi ini dapat menyebabkan aterosklerosis, yaitu pengerasan dan penyempitan pembuluh darah.

Akibatnya, risiko serangan jantung dan stroke meningkat, terutama pada orang yang memiliki pola makan tinggi gula tambahan. Gula tambahan juga meningkatkan kadar lemak viseral, yaitu lemak yang mengelilingi organ-organ dalam tubuh dan berkontribusi terhadap sindrom metabolik. Kombinasi antara kadar kolesterol yang tinggi, trigliserida, dan lemak viseral yang meningkat menjadikan penyakit jantung sebagai salah satu risiko terbesar akibat konsumsi gula berlebihan.

Tak Cuma Organ Dalam

Selain berdampak pada organ-organ dalam, konsumsi gula yang terlalu tinggi juga berdampak langsung pada kondisi kulit. Gula dalam darah yang tinggi mempercepat proses yang disebut glikasi, yaitu ketika molekul gula menempel pada protein di tubuh, termasuk kolagen dan elastin yang berfungsi menjaga kekencangan kulit.

Proses glikasi ini mengakibatkan penurunan elastisitas kulit sehingga mempercepat munculnya keriput dan tanda-tanda penuaan. Orang yang memiliki pola makan tinggi gula sering kali memiliki kulit yang terlihat lebih kusam dan kendur, yang merupakan tanda-tanda penuaan dini. Dalam jangka panjang, dampak gula pada kulit ini bisa sangat terlihat dan sulit diperbaiki.

Kerusakan akibat gula juga terjadi pada gigi. Ketika kita mengonsumsi gula, bakteri di mulut memanfaatkannya sebagai sumber energi dan menghasilkan asam yang dapat merusak lapisan enamel gigi. Akibatnya, gigi menjadi rentan terhadap kerusakan dan berlubang.

Jika tidak segera ditangani, kerusakan ini bisa menyebabkan infeksi yang lebih serius. Risiko kerusakan gigi ini terutama tinggi pada anak-anak, yang sering kali mengonsumsi camilan manis tanpa kebiasaan sikat gigi yang konsisten.