News - Masa ketika seorang pemain gim mesti membeli rilisan fisik untuk bisa memainkan sebuah video gim sudah lama sekali berlalu. Kini, video gim versi digital, di mana seseorang hanya perlu mengunduh arsip gim tersebut dari lokapasar yang tersedia, menjadi model distribusi yang lebih populer. Akan tetapi, model distribusi semacam ini menimbulkan permasalahan yang bisa menjadi sangat serius.

Ketika seseorang membeli rilisan fisik dari sebuah gim, mereka membeli produk nyata yang dapat dimainkan, dijual kembali, atau disimpan selama mereka inginkan. Namun, ketika pemain gim membeli salinan digital, pada dasarnya mereka hanya membeli lisensi untuk mengakses gim tersebut, bukan gim itu sendiri.

Perbedaan ini sekilas tampak subtil tetapi sesungguhnya amat krusial. Pasalnya, dengan begini, artinya para pemain gim tidak pernah memiliki gim yang mereka beli kendati sudah mengeluarkan uang dalam jumlah yang sama dengan ketika mereka membeli rilisan fisik.

Model distribusi digital menciptakan ketidakpastian bagi para gamer. Sebab, ketersediaan gim digital amat tergantung pada keputusan pengembang serta pemilik platform semisal Steam, Xbox Store, PlayStation Store, atau Epic Games. Gim-gim ini bisa dihapus begitu saja dari peladen (server) tanpa peringatan sebelumnya. Ketika ini terjadi, secara otomatis, para gamer pun bakal kehilangan akses atas gim yang sudah mereka beli.

Dengan kata lain, lewat model distribusi digital ini, gamer sebenarnya hanya menyewa akses ke sebuah gim tanpa ada jaminan apakah gim ini bisa dimainkan selamanya atau tidak. Situasi ini membuat para gamer akhirnya menuntut kepastian baik kepada pengembang, pemilik platform, bahkan pemerintah.