News - Serangan Israel ke Rafah, pada Minggu (26/5/2024), menewaskan 66 orang termasuk tenaga kesehatan. Menyusul serangan brutal tersebut, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berdalih tak sengaja bunuh warga sipil.

Dikutip dari Reuters, serangan Israel di Rafah terjadi setelah Mahkamah Internasional memerintahkan penghentian operasi militer di wilayah tersebut, pada Jumat (24/5/2024). Alih-alih mengikuti putusan Mahkamah Internasional, Israel malah menyerang Rafah yang menyebabkan puluhan orang tewas dan terluka.

Serangan ini terjadi di sebuah kompleks pengungsian di utara Kota Rafah, di daerah yang dikenal sebagai Tel al-Sultan. Wilayah tersebut dinyatakan sebagai "zona aman." Serangan Israel ini menyebabkan banyak tempat penampungan terbakar dengan para penghuninya masih berada di dalam.

Para korban selamat mengatakan bahwa keluarga-keluarga sedang bersiap-siap untuk tidur ketika serangan menghantam lingkungan Tel al-Sultan.

“Kami sedang berdoa ... dan kami sedang menyiapkan tempat tidur anak-anak kami untuk tidur. Tidak ada yang aneh, lalu kami mendengar suara yang sangat keras, dan api meletus di sekitar kami,” kata Umm Mohamed Al-Attar, seorang ibu Palestina.

Kementerian Luar Negeri Palestina yang berbasis di Tepi Barat mengutuk “pembantaian keji” oleh Israel. Mesir juga mengutuk “pengeboman yang disengaja oleh Israel terhadap tenda-tenda para pengungsi”, sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional.