News - Maulid Nabi Muhammad, disebut pula Maulid Nabi atau Maulud, merupakan salah satu peringatan penting bagi umat Islam di Indonesia. Berdasar penanggalan Hijriyah, peringatan dilakukan pada 12 Rabiulawal oleh sebagian Sunni, sementara Syiah pada 17 Rabiul Awal. Secara substansi, Maulid Nabi merupakan ekspresi kegembiraan dan penghormatan atas kelahiran Rasulullah.

Sebagai penerus Kerajaan Mataram Islam, Keraton Ngayogyakarta jadi salah satu yang menggelar peringatan Maulid Nabi. Peringatan ini disebut dengan Sekaten yang rangkaiannya dimulai sejak tanggal 5-11 Rabiulawal atau dalam penanggalan Jawa disebut bulan Mulud.

Puncak dari Sekaten adalah gelaran Hajad Dalem Garebeg Maulid yang diselenggarakan pada 12 Rabiulawal atau Mulud. Tahun ini, penyelenggaraan Garebeg Maulid jatuh pada 16 September 2024 Masehi.

KMT Reksamartawijaya, Carik Kawedanan Tanda Yekti Keraton Ngayogyakarta, membenarkan bahwa Garebeg Maulid merupakan salah satu rangkaian dalam memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.

“Jadi Grebeg Maulid akan dilaksanakan pada Senin (16/9/2024) prosesi dimulai pada pukul 07.00 pagi,” kata dia kepada kontributor Tirto usai upacara Numplak Wajik di Plataran Kemagangan, Keraton Ngayogyakarta, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Jumat (14/5/2024) sore.

Menurut pengetahuan KMT Reksamartawijaya, kata Sekaten berasal dari bahasa Arab, Syahadatain. Penyebutan yang menyesuaikan pelafalan Jawa, kemudian mengubah kata jadi Sekaten. Namun tetap memiliki pemaknaan yang sama, yaitu pengakuan terhadap keesaan Allah SWT dan keutusan Muhammad SAW sebagai rasul-Nya.

“Ada yang menyebut dengan Sekati. Awalnya dari kata Syahadatain, meng-Islamkan umat yang ingin jadi muslim,” jelas dia.

KMT Reksamartawijaya lantas menyatakan bahwa Sekaten sejatinya merupakan bagian dari syiar budaya, khususnya edukasi Islam. “Iya bertumpu pada Islam, jadi Sekaten sendiri rohnya ya di masjid,” sebutnya.

Dia menjabarkan, rangkaian Sekaten diawali dengan upacara Miyos Gangsa pada Senin (9/9/2024) atau 5 Mulud Je 1958 dalam penanggalan Jawa. Dalam upacara ini, sepasang Gamelan Sekati yakni KK Guntur Madu dan KK Nagawilaga dibawa Kanca Abrit dari Bangsal Pancaniti Keraton Ngayogyakarta untuk ditempatkan di Pagongan Masjid Gedhe.

Sekaten Keraton Ngayogyakarta

Upacara Numplak Wajik sebagai awalan proses merangkai gunungan yang akan dikirab pada Garebeg Maulid. Upacara dilakukan di Plataran Kemagangan, Keraton Ngayogyakarta, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Jumat (14/5/2024) sore. FOTO/Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat

Gamelan Sekati dibunyikan secara bergantian oleh Abdi Dalem Wiyaga Kawedanan Kridhamardawa tiga kali sehari, yaitu pada 08.00-10.00, 14.00-17.00, dan 20.00-23.00 WIB pada Minggu (15/9/2024) atau 12 Mulud Je 1958. Gending yang dimainkan adalah Gendhing Sekaten yang jumlahnya mencapai 68, tapi umumnya melantunkan sebanyak 16 gending.

“Dulu belum banyak hiburan, masih sepi, jadi begitu ada pertunjukan ini orang-orang akan datang menuju pusat keramaian, yaitu di Masjid Gedhe. Setelah masyarakat berkumpul, masjid tidak diam. Masjid Gedhe juga mengadakan semacam pengajian dan menawarkan siapa yang ingin masuk Islam akan disyahadatkan di Masjid Gedhe. Syahatain maka menjadi Sekaten,” paparnya.

Rangkaian Sekaten di Masjid Gedhe akan ditutup dengan Gamelan Sekati yang dibawa masuk lagi menuju ke Keraton Ngayogyakarta. Proses itu disebut dengan Kundur Gangsa yang akan dilakukan pada Minggu (15/9/2024) tengah malam.

“Puncak acara (Sekaten) adalah Garebeg Maulid pada Senin (16/9/2024),” kata KMT Reksamartawijaya menjelaskan.