News - Sepulang dari sebuah pesta pernikahan pada 15 Agustus 1960, Johanna Masdani dan suaminya kebetulan lewat di depan Jalan Proklamasi, yang dulu dikenal sebagai Jalan Pegangsaan Timur 56.

Betapa terkejut Johanna mendapati Tugu Peringatan Satu Tahun Proklamasi Kemerdekaan yang dibangunnya bersama-sama Pemuda Putri Indonesa (PPI) dan Kaum Wanita Republikein 14 tahun silam sudah rata dengan tanah.

Johanna segera menghubungi kawan-kawan seperjuangannya yang kebetulan pernah menjadi saksi peresmian Tugu Proklamasi.

Bersama-sama mereka mendatangi kantor Gubernur DKI Jakarta Soemarno Sosroatmodjo untuk meminta penjelasan perihal pemusnahan tugu obeliks bercat putih tersebut. Sumarno menjelaskan bahwa itu semua adalah kehendak Presiden Sukarno.

Mendengar jawaban spontan Sumarno, Johanna langsung ciut. Ia tidak ingin menyanggah kehendak Bung Karno. Johanna harus rela tugu kebanggaannya musnah dan hanya menyisakan tiga potong marmer yang masing-masing berisikan kata-kata persembahan, teks proklamasi, dan sebuah peta Indonesia.