News - Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi merupakan hari penting bagi seluruh umat muslim di dunia. Sebelum diperingati sebagai hari nasional di Indonesia, Maulid Nabi memiliki sejarah yang panjang.

Lalu, sejak kapan ada peringatan Maulid Nabi? Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW diperkirakan para ahli mulai dirayakan setelah 300 tahun kematian Rasulullah setiap tanggal 12 Rabiul Awal.

Berdasarkan catatan sejarah peringatan Maulid Nabi berasal dari kelompok masyarakat Arab tradisional. Seiring berkembangnya Islam di dunia, peringatan Maulid Nabi ini dikenal oleh umat muslim di berbagai negara.

Tentu ada alasan kenapa diperingati hari Maulid Nabi oleh umat Muslim. Dikutip dari situs Kementerian Agama (Kemenag) alasan kenapa Maulid Nabi diperingati adalah sebagai bentuk penghormatan umat Muslim atas kelahiran Nabi Muhammad.

Melalui kegiatan ini, masyarakat saling menunjukkan rasa syukur dan suka cita atas kelahiran Rasulullah yang sudah mengenalkan agama Islam.

Sejarah Awal Peringatan Maulid Nabi Muhammad

Sejarah peringatan Maulid Nabi diperkirakan sudah berlangsung sejak abad ke-10. Peringatannya dimulai sejak era Dinasti Fatimiyah, sebuah kerajaan yang dahulu berlokasi di antara Afrika Utara (Mesir) dan Timur Tengah.

Menurut Ulin Niam Masruri dalam Riwayah: Jurnal Studi Hadis (2018), orang pertama yang merayakan Maulid Nabi adalah seorang raja dari Dinasti Fatimiyah bernama Raja al-Muiz Li Dinillah.

Al-Muliz Li Dinillah merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad dari garis keturunan Fatimah. Masa pemerintahan Al-Muliz Li Dinillah berlangsung antara abad 341-365 Hijriah atau 952-975 Masehi.

Peringatan Maulid Nabi secara meriah pertama kali dilakukan oleh Raja Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kaukabri ibn Zainuddin Ali bin Baktakin. Ia diketahui menggelontorkan dana mencapai 300.000 dinar untuk bersedekah di peringatan Maulid Nabi.

Para sejarawan menilai bahwa peringatan Maulid Nabi di era Dinasti Fatimiyah awalnya untuk keperluan legitimasi politik. Namun, peringatan tersebut sempat dilarang beberapa saat sebelum Dinasti Fatimiyah berakhir.

Pelarangan tersebut ditetapkan oleh salah satu pemuka agama di Musta'il Billah yang mengkhawatirkan adanya bid'ah dalam perayaan hari ulang tahun Nabi dan anggota keluarganya.

Namun, setelah Dinasti Fatimiyah berakhir dan digantikan oleh Dinasti Ayyubiyah, peringatan Maulid Nabi kembali dilaksanakan.

Cara peringatan Maulid Nabi pada Dinasti Ayyubiyah sangat berbeda dengan peringatan dinasti sebelumnya. Dinasti Ayyubiyah memperingati Maulid Nabi dengan lebih megah dan dalam jangka waktu lama.

Menurut Ahmet Ozel dalam Mawlid: Its History and Religious Decision (2002) persiapan kerjaan untuk memperingati Maulid Nabi bahkan berlangsung berhari-hari.

Peringatannya dirayakan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk para pelancong. Salah satu tradisi yang dilakukan saat Maulid Nabi oleh Dinasti Ayyubiyah adalah membuka rumah tempat kelahiran Nabi untuk umum.

Akhirnya banyak peziarah dari seluruh negeri yang datang berkunjung ke rumah kelahiran Nabi Muhammad setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Tradisi inilah yang kemudian diturunkan ke dinasti-dinasti selanjutnya selama ratusan tahun.

Tradisi ini juga diturunkan pada kaum cendikiawan yang datang dari seluruh dunia ke Timur Tengah untuk belajar. Seiring dengan menyebarnya agama Islam di seluruh dunia, tradisi perayaan Maulid Nabi semakin beragam dan tetap meriah.