News - Bodi keras yang dimiliki mobil-mobil lawas bukan jaminan bisa melindungi penumpang saat terjadi kecelakaan fatal. Mobil-mobil lawas atau mobil murah umumnya hanya dilengkapi perangkat keselamatan sebatas seatbelt membuat fatalitas penumpang jika terjadi kecelakaan.

Dari tahun ke tahun, pabrikan kendaraan berlomba menambah fitur keselamatan aktif dan pasif untuk sopir dan penumpang. Teknologi keselamatan aktif, seperti blind spot detector, electronic stability control, anti-lock braking system, emergency brake assist, dan sebagainya dipasang untuk mencegah kecelakaan terjadi. Teknologi keselamatan pasif, semacam seat belt, airbag, dan crumple zone berfungsi meminimalisir risiko cidera saat mobil berbenturan.

Seat belt atau sabuk keselamatan berfungsi menahan tubuh terlempar dari kursi ketika terjadi benturan hebat. Tanpa peranti tersebut, tubuh pengendara dapat terpelanting ke segala arah, sehingga bagian-bagian vital tubuh, kepala, dada, kaki, dan sebagainya berbenturan dengan konstruksi mobil atau bahkan terpental keluar mobil.

Keberadaan airbag, maka gaya benturan bisa diredam sehingga tekanan terhadap bagian tubuh penumpang tereduksi. Dengan begitu cidera parah bisa dihindari. Airbag punya tiga bagian utama, sensor benturan yang terhubung dengan electronic control unit (ECU), inflator untuk meledakkan gas nitrogen, dan kantung udara. Mekanisme kerja dimulai ketika mobil berbenturan, sensor akan mengirimkan informasi kepada ECU buat meledakkan gas nitrogen. Gas nitrogen membuat kantung udara mengembang untuk menjadi bantalan buat penumpang mobil.

Davik Nugroho, Global Project Management and Engineering Process Autoliv—manufaktur perangkat keselamatan kendaraan—Airbag bisa mengembang dalam waktu sangat cepat. “Saat terjadi kecelakaan, airbag mengembang dalam waktu 35-50 mill second atau 0,03 sampai 0,05 detik, cepat sekali,” kata Davik dalam Vehicle Safety Course yang diadakan Asean NCAP di Karawang, Jawa Barat beberapa waktu lalu.