News - Indonesia sedang bersiap menyaingi India untuk masuk ke pasar industri semikonduktor. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto bilang, upaya ini dilakukan untuk meraup pasar semikonduktor ASEAN yang pada 2029 nanti diperkirakan bakal mencapai 3 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

“Pangsa (pasar) ASEAN diperkirakan semikonduktornya di tahun 2029 akan sebesar 3 miliar dolar (AS) dan India mempersiapkan untuk sebesar 15 miliar dolar. Jadi kita bersaing dengan India,” kata Airlangga dalam Penandatanganan MoU antara ERIA dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, di Jakarta, Selasa (30/7/2024).

Sebagai bentuk persiapan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pun menjalin kerja sama dengan lembaga think tank dari Universitas Pennsylvania, Economic Research Institute for ASEAN dan East Asia atau ERIA.

Melalui kerja sama ini, nantinya ERIA bersama-sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan melakukan studi mendalam (in-depth study) dan publikasi bersama.

Kemudian, keduanya juga bakal melakukan studi kebijakan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di bidang semikonduktor. Dengan kerja sama ini akan berlangsung selama dua tahun dan dapat diperpanjang.

“Nah disini lingkup kerjasama adalah Kajian Aksesi Indonesia di dalam OECD dan CPTPP kemudian pembentukan ASEAN Zero Emission Center. Kemudian Feature Ready ASEAN, kajian rantai pasok baik itu semikonduktor,” jelas Airlangga.

Tidak hanya semikonduktor, kerja sama juga dilakukan untuk mengakselerasi pengembangan ekonomi digital, menjajaki pengembangan industri otomotif ‘next generation’ di ASEAN, hingga mengembangkan industri berbasis baterai nasional.

Terkait dengan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development) dan The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CP-TPP) atau perjanjian komprehensif dan progresif untuk kemitraan Trans-Pasifik, ERIA akan membantu Indonesia dalam melakukan kajian manfaat dan simulasi skenario apabila Indonesia jadi bergabung dengan dua organisasi tersebut.

“Terkait dengan OECD dan CPTPP, ERIA akan melakukan kajian manfaat, simulasi skenario dan pembentukan PMO daripada OECD. Kementerian Perekonomian sudah menandatangani dokumen terkait dengan pembentukan PMO CPTPP,” tambahnya.

Soal CPTPP, kata Airlangga, Indonesia ingin masuk ke organisasi ini untuk membuka pasar ekspor di Amerika Latin. Perlu diketahui, saat ini sudah ada 11 negara yang bergabung dengan CPTPP, di antaranya adalah Australia, Brunei, Kanada, Chili, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, Vietnam, dan yang baru bergabung adalah Inggris.

“Di mana dengan masuk CPTPP kita akan membuka pasar Amerika Latin. Dan sekarang juga dengan keanggotaan Inggris yang baru tahun 2024 ini menjadi anggota CPTPP pertama di luar sebelas negara ini juga akan membuka pasar untuk anggota CPTPP yang lain. Di ASEAN, Singapura, Malaysia dan Vietnam adalah penandatangan CPTPP,” ujar Airlangga.