News - Kebakaran besar melanda wilayah Los Angeles (LA), California, Amerika Serikat (AS) sejak Selasa (7/1) waktu setempat.
Situasi terkini hingga Rabu (8/1) sore waktu setempat atau Kamis (9/1) pagi waktu Indonesia, kebakaran di LA telah menewaskan 5 orang.
Lebih dari seribu bangunan, yang sebagian besar rumah, hancur karena api. Kawasan Hollywood Hills, jadi salah satu yang paling parah. Pemerintah berencana mengevakuasi lebih dari 100 ribu orang.
Laporan NBC News menyebutkan, kebakaran di LA terjadi di 3 titik utama. Dari sisi barat, titik kebakaran Palisades menghanguskan lahan lebih dari 15 ribu hektar.
Kemudian, di Eaton atau di sisi timur, lahan seluas lebih dari 10 ribu hektar terbakar. Titik lain yang terdampak adalah kawasan Hurst sisi utara sebelah barat seluas sekira 500 hektar.
"Kita tengah menghadapi bencana alam yang bersejarah. Dan saya rasa itu tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata," tutur direktur manajemen darurat untuk Los Angeles, Kevin McGowan, dikutip dari Reuters.
Dikabarkan AP News, angin di wilayah setempat mulai mereda. Selain itu, pemadam kebakaran dari seluruh negara bagian mulai diterjunkan, untuk membantu pemadam yang mulai kelelahan.
Petugas memberikan informasi terbaru tentang kebakaran baru yang terjadi di Hollywood Hills, dan perintah evakuasi juga diberikan untuk Santa Monica.
Dampak Kebakaran Los Angeles
Ini menjadi gambaran kebakaran besar di LA, California, AS. Si jago merah turut menjalar ke kawasan Calabasas dan Santa Monica (titik Palisades), yang dikenal sebagai kawasan tempat tinggal orang-orang kaya dan terkenal.
Bintang Hollywood seperti Mark Hamill, Mandy Moore, dan James Woods, menjadi beberapa orang yang terpaksa harus mengungsi. Kemudian, di Palisades Village, perpustakaan umum, dua toko besar, sepasang bank, dan beberapa butik hancur.
"Ketika saya membuka pintu, baunya seperti saya tinggal di dalam perapian. Lalu saya juga mulai melihat abu. Dan saya belum pernah melihat itu seumur hidup saya. Seperti hujan abu," kata produser dan sutradara, Jennie Girardo, dikutip AP News.
Kebakaran besar tersebut membuat langit LA diselimuti awan gelap. Terlebih sejak kebakaran dilaporkan terjadi pada Selasa (7/1) dan meluas hingga Rabu (8/1) waktu setempat.
"Kami terbangun dengan awan gelap di seluruh Los Angeles. Namun, awan gelap itu terasa lebih pekat bagi mereka yang paling terdampak oleh kebakaran ini. Ini adalah 24 jam yang sangat menyakitkan," kata Pengawas Wilayah LA Lindsey Horvath.
Penyebab Kebakaran di Los Angeles
Menurut NBC News, kebakaran Los Angeles, California, AS, yang masih berlangsung sampai Rabu (8/1) waktu setempat, terjadi karena sejumlah faktor.
Kurangnya curah hujan rata-rata sejak Oktober 2024 sebesar 10 persen, ditambah angin lepas pantai yang kuat, jadi faktor utama. Hal itu seperti dikonfirmasi NBC dari Badan Cuaca Nasional (NWS).
NWS mengeluarkan peringatan bendera merah, yang menunjukkan peningkatan risiko bahaya kebakaran, kepada 19 juta orang. Hembusan angin berkecepatan lebih dari 70 mph tercatat di beberapa lokasi di seluruh wilayah.
NBC kemudian menyebutkan, perubahan cuaca telah terjadi di California dalam beberapa tahun terakhir, yang jadi faktor utama cuaca kebakaran di wilayah tersebut. Cuaca berubah drastis antara kekeringan dan curah hujan tinggi.
Kebakaran di bulan Januari sebenarnya jadi sedikit anomali. Menurut AP News, musim kebakaran hutan di California biasanya terjadi pada Juni-Juli sampai Oktober. Kendati demikian, Western Fire Chiefs Association, menyebutkan kebakaran serupa di bulan Januari sudah terjadi beberapa tahun terakhir.
Menurut CalFire, terdapat 1 kasus kebakaran Januari pada pada tahun 2022 dan 10 kebakaran pada tahun 2021. Musim kebakaran yang lebih awal ini terjadi karena meningkatnya suhu dan berkurangnya hujan terkait perubahan iklim.
“Menurut data terbaru. Hujan yang biasanya mengakhiri musim kebakaran sering kali tertunda, yang berarti kebakaran dapat terjadi sepanjang bulan-bulan musim dingin,” tulis AP News.
Terkini Lainnya
Dampak Kebakaran Los Angeles
Penyebab Kebakaran di Los Angeles
Artikel Terkait
Rekap Hasil Matchday 2 Piala Asia U20 2025 & Tim Lolos 8 Besar
Kemensos Dukung Perumusan Data Tunggal untuk Insentif Guru
Gus Ipul Pastikan Mutasi Pegawai Kemensos Bebas Suap
Prospek Kerja Jurusan Administrasi Publik Serta Kisaran Gajinya
Populer
Kisah Pemanfaatan Panas Bumi & Semangat Warga Kamojang
Polri Ungkap Modus Pemasangan Pagar Laut di Bekasi
24 Kepala Daerah Terpilih Absen Tes Kesehatan Sebelum Pelantikan
KPK Segera Ambil Tindakan Tegas ke Wali Kota Semarang
Pendiri Startup Kecilin Masih Hilang di Sekitar Pantai Bantul
Kisah Hilangnya Michael Rockefeller di Tanah Papua
BEM UI & BEM SI akan Demo Tolak Pemangkasan Anggaran Hari Ini
Dua Penyidik Polda Sumut Peras Kepala Sekolah di Nias
Flash News
Mahasiswa di Bandung Tolak Efisiensi Anggaran: Menuju Kemunduran
RUU Minerba Sepakat Dibawa ke Paripurna untuk Jadi UU Besok
Partai Buruh Buka Peluang Dukung Prabowo di Pilpres 2029
Istana Respons Aksi Polisi Tembakkan Gas Air Mata ke Pedemo MBG
KPK Jadwalkan Pemeriksaan Hasto Sebagai Tersangka Pekan Ini
Polisi Tindak 100 Travel Gelap Selama Operasi Keselamatan Jaya
Zarof Ricar Minta Dibebaskan dari Kasus Suap & Gratifikasi
Imigrasi Tangkap 3 WN Pakistan karena Pakai Dokumen Palsu
Hasto Kembali Ajukan Praperadilan, Sidang Perdana 3 Maret
Poin Baru RUU Minerba: Kampus Batal Kelola Tambang
Partai Buruh Minta Pemerintah Kaji Ulang Retret Kepala Daerah
Menkum Sudah Teken Surat Ekstradisi Pemulangan Paulus Tannos
Menkum: Jumlah Penerima Amnesti Turun dari 44 Ribu jadi 19 Ribu
Prasetyo Edi Jelaskan Kronologi Kasus Korupsi Lahan Cengkareng