News - Para pengungsi korban agresi Israel, baik warga Palestina maupun Lebanon, mengeluarkan harapan mereka di tengah perang.

Para pengungsi warga Palestina bingung harus berlari-lari tanpa tujuan imbas perang. Pengungsi pun menilai tidak ada lokasi yang aman saat ini.

“Kami berada di sekolah yang hancur terkena roket di Bani Suheila, sekolah yang hancur total, dan tidak layak dihuni. Namun, kami tetap di sana karena tidak dapat menemukan tempat lain. Tiba-tiba ada perintah evakuasi dan orang-orang berlarian, jadi kami berlari bersama mereka, dan kami datang ke sini. Kami tidak tahu harus pergi ke mana lagi, dan tidak dapat menemukan tempat, dan tempat di mana kami berada sebelumnya, tidak aman. Tidak ada tempat di Gaza yang aman,” ujar salah satu pengungsi Palestina di Khan Younis, Rawaa Abu Jamea sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (8/10/2024).

Saat ini, tentara Israel memerintahkan warga di wilayah Timur Khan Younis di Gaza selatan untuk meninggalkan rumah mereka. Para warga pun sudah mengikuti perintah tersebut dengan memuat barang bawaan mereka ke kereta kedelai dan gerobak.

Sementara itu, eskalasi konflik antara Israel dengan Hamas semakin memanas. Hamas menyatakan telah menyerang ibu kota komersial Israel, Tel Aviv dengan rentetan rudal, yang memicu sirine di Israel tengah. Dua orang luka-luka ringan dari serangan tersebut, sebagaimana layanan ambulans Israel.

“Rasa aman adalah bersama Tuhan kami, tidak ada tempat yang aman bagi kami untuk berlindung. Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia adalah sebaik-baik Pengatur segala urusan. Kami ingin sebuah negara berdiri bersama kami, tidak ada seorang pun yang berdiri di samping kami, Allah Maha Besar. Di mana dukungan itu, di mana bangsa-bangsa itu?," kata Khawla al-Ghalban, salah satu pengungsi Palestina.

Di sisi lain, keluarga pengungsi Lebanon bersyukur bisa mendapatkan kebutuhan mereka selama berlindung. Akan tetapi, mereka tetap ingin kembali ke rumah.

“Terkait bagaimana mereka melayani kami ketika berlindung di sekolah ini, kami sangat senang, dan semoga Tuhan melindungi para relawan itu, yang sudah membuat kami aman. Kami tidak kekurangan apapun, bahkan tidak kekurangan dokter, juga udara segar untuk anak-anak kami, tetapi semua ini tidak bisa menggantikan perasaan rindu kami untuk kembali ke rumah,” kata salah satu ibu pengungsi dari Lebanon selatan, Hala al-Sherif.

Saat ini, pemerintah Lebanon telah mengumumkan bahwa penundaan tahun ajaran baru sekolah dengan harapan situasi keamanan akan lebih stabil. Menteri Pendidikan Lebanon, Abbas Halabi, menilai tidak mungkin sekolah-sekolah negeri dibuka karena beberapa di antaranya berlokasi di area mudah diserang atau menjadi lokasi perlindungan para pengungsi.