News - Wajah adalah kesan pertama yang kita dapatkan dari orang yang tidak kita kenal. Dalam waktu kurang dari setengah detik, kita memutuskan apakah kita menyukai atau memercayai seseorang, bahkan dapat menilai mereka, seberapa cerdas mereka.

Wajah bahkan dapat memprediksi keputusan hukuman pidana termasuk hukuman mati pada narapidana. Tak hanya itu saja, hanya dengan memperlihatkan wajah kandidat, kita dapat memprediksi siapa yang keluar sebagai pemenang dalam pemilihan senator, anggota dewan bahkan presiden. Itu berkat kekuatan pemrosesan yang menakjubkan dari otak kita.

Profesor Jon Freeman, psikolog dari New York University mengatakan, “Hanya dalam 100 milidetik penampilan wajah, orang sudah dapat mengambil keputusan tentang orang tersebut dapat dipercaya, kompetensi, dan dominasi. Hanya dengan memperlihatkan foto wajah dapat memperlihatkan kecerdasan dan penilaian ini dapat mengarah pada keputusan bias.”

Ia melihat fenomena ini terkait dengan apa yang terjadi di dalam otak. Setelah melihat wajah dengan sekilas, banyak keputusan instan ini didasarkan pada stereotip.

Stereotip menjadi ekspektasi yang berdampak pada prototipe visual dan menciptakan distorsi dalam cara memandang wajah. Penelitiannya menunjukkan isyarat wajah seringkali kompleks dan ambigu.

Banyak persepsi "parsial" awal harus bersaing dalam sepersekian detik. Persaingan dinamis ini dianggap penting bagi kemampuan untuk membentuk penilaian sosial.

Mundur ke belakang, manusia zaman dulu, sebelum mengembangkan bahasa, menggunakan wajah dan suara untuk memutuskan dengan siapa mereka bekerja sama atau menjalin hubungan dekat. Apakah seseorang bisa dianggap musuh atau ancaman atau dapat diterima dalam sebuah kelompok dinilai dari wajah dan suara mereka.

Hingga saat ini, otak masih terhubung dengan cara yang sama. Manusia modern belajar membaca ekspresi wajah saat masih bayi, dan seiring bertambahnya usia, kita terus menafsirkan emosi berdasarkan ekspresi wajah.

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Neuroscience, otak secara cepat menentukan seberapa dapat dipercaya seseorang, sebelum merasakan secara menyeluruh. Hal ini mendukung fakta bahwa kita menilai orang dengan sangat cepat.

Para peneliti di Dartmouth College dan New York University menunjukkan kepada sekelompok peserta foto wajah orang yang asli, dan wajah yang dihasilkan oleh komputer untuk melihat wajah mana yang dapat dipercaya atau tidak dapat dipercaya.

Hasilnya, orang umum berpikir bahwa wajah dengan alis bagian dalam yang tinggi dan tulang pipi yang menonjol lebih dapat dipercaya, dan fitur yang berlawanan tidak dapat dipercaya.

Meskipun para peserta tes tidak dapat memproses wajah, otak mereka melakukannya. Para peneliti berfokus pada aktivitas di amigdala, bagian otak yang bertanggung jawab atas perilaku sosial dan emosional. Dan menemukan bahwa area spesifik amigdala diaktifkan berdasarkan penilaian.

Hal ini menurut para peneliti adalah bukti bahwa otak kita menilai orang bahkan sebelum kita memproses siapa mereka atau seperti apa penampilan mereka.

Infografik Wajah dan Suara

Infografik Wajah dan Suara. News/Fuad