News - Partai Gerindra memprioritaskan kader sendiri untuk berlaga di pemilihan kepala daerah atau Pilkada 2024. Partai yang dinakhodai Prabowo Subianto kini sedang menyiapkan data para kader bakal maju dalam kontestasi dan diserahkan kepada DPP.

Gerindra pun masih terbuka untuk mengusung tokoh lain di luar internal. Tetapi hal itu melihat situasi dan kondisi di lapangan nantinya.

"Untuk calon lain yang di luar internal tentunya akan kita lihat juga apa namanya bagaimana kemudian situasi dan kondisi di daerah masing-masing terhadap kader internal di Partai Gerindra," kata Ketua Harian DPP Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/4/2024).

Pernyataan Dasco pun menimbulkan tanda tanya pilkada di sejumlah daerah. Salah satunya di Jawa Timur. Gerindra sudah memberikan rekomendasi mantan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa untuk berlaga di pemilihan kepala daerah.

Berdasarkan hasil pileg 2024, Gerindra kini mengalami kenaikan suara signifikan. Gerindra memperoleh 21 kursi DPRD Jatim dengan suara 3.589.052 suara.

Perolehan suara Gerindra naik dibandingkan 2019 yang hanya 15 kursi. Walaupun suara Gerindra masih kalah dengan PKB yang mencapai 27 kursi dengan 4.517.228 suara dan PDIP yang meraih 21 kursi dengan perolehan suara 3.735.865 suara.

Ahmad Sufmi Dasco

Ketua Harian DPP Partai Gerindra Ahmad Sufmi Dasco saat diwawancara awak media di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (2/11/2023). News/Fransiskus Adryanto Pratama

Khofifah Indar Parawansa pun dinilai masih memiliki pengaruh untuk Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo-Gibran di Jawa Timur. Analis politik Unair, Suko Widodo, menuturkan, hal itu juga tidak lepas dari upaya partai KIM memberikan surat rekomendasi gubernur, baik Golkar, Gerindra, PAN dan Demokrat.

Tetapi, Suko tidak memungkiri akan ada pergulatan antar-partai KIM untuk menentukan nama wakilnya. Hal itu berpengaruh pada kestabilan koalisi Khofifah.

"Apa lagi karena Khofifah tidak punya partai maka harus ada perbincangan itu secara bersama-sama terhadap keputusan waktu itu. Memang kalau mengajukan sendiri dilemanya kan waktu itu Demokrat juga mengajukan Emil satu pasang misalnya. Hal itu saja perlu segera dibicarakan agar tidak terjadi konflik antar-parpol di dalam pengajuan Ibu Khofifah dalam running pilkada Jawa Timur," kata Suko.

Suko mengingatkan, suara perolehan pileg tidak serta-merta sejalan dengan suara pilkada. Dia mengingatkan tidak sedikit partai bersuara besar gagal maju pilkada. Esensi maju pilkada untuk memenangkan kandidatnya. Dia pun menilai Gerindra perlu berhitung dengan cermat.

Selain perhitungan, Gerindra juga perlu melihat situasi politik seperti kelompok fanbase. Seperti kemenangan komedian Komeng di Pileg 2024 yang ditopang oleh kelompok penyuka. Selain itu, publik saat ini mulai tidak dekat dengan partai sejak 2011-2024 ini.

Suko menilai masih ada kader potensial yang bakal diusung Gerindra untuk menjadi pendamping Khofifah yakni Ketua DPD Gerindra Jawa Timur, Anwar Sadad. Sada memiliki pengaruh di Jawa Timur tetapi bakal bersaing dengan kader Golkar yang juga mantan Sekda Jawa Timur, Heru Tjahjono, dan Bupati Sumenep cum kader PDIP, Ahmad Fauzi.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, opsi keluar juga masih mungkin diambil Gerindra dan membentuk koalisi sendiri. Namun Suko melihat Gerindra perlu menggandeng partai lain untuk maju Pilkada. Jika dilihat dari situasi saat ini, Gerindra masih fokus bersama Khofifah daripada keluar.

"Ya kalau merujuk perjanjian dalam tahun ini pada februari kemarin masih bareng-bareng. Saya enggak tahu kalau ada perubahan. Gak tahu saya. tapi dilihat hasilnya partai mungkin besar terus beda. Namanya politik kan serba kemungkinan," kata Suko.