News - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sebanyak 57,95 persen pekerja Indonesia adalah pekerja informal per Agustus 2024. BPS memperkirakan 83,8 juta jiwa dari total jumlah penduduk bekerja sebanyak 144,64 juta jiwa adalah pekerja informal, termasuk berusaha sendiri (seperti UMKM), berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas (seperti freelancer), dan pekerja keluarga/tak dibayar.
Jika dibandingkan dengan jumlah pekerja formal, pekerja informal masih mendominasi distribusi penduduk bekerja. Mengacu data BPS, jumlah pekerja formal ada sebanyak 42,05 persen atau sekitar 60,82 juta jiwa.
“Jumlah pekerja informal jika dibandingkan Agustus 2023, mengalami peningkatan, tapi kalau kita bandingkan dengan Februari 2024, ini trennya mengalami penurunan,” kata Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar dalam Rilis BPS, di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Jakarta, Selasa (5/11/2024).
Pada Agustus 2023, jumlah pekerja informal ada sebanyak 59,11 persen atau sekitar 85,5 juta jiwa sedangkan jumlah pekerja formal tercatat sebanyak 40,89 persen atau sekitar 59,1 juta jiwa.
Menurut Amalia, penyumbang terbesar dari penurunan pekerja informal adalah adanya penurunan status pekerja berusaha dibantu buruh tidak tetap dan buruh tidak dibayar seperti usaha-usaha yang dijalankan oleh keluarga.
“Kalau dibandingkan Agustus 2023, peningkatan pekerja informal ini disumbang oleh tenaga kerja yang bekerja sebagai pekerja keluarga,” jelas Amalia.
Sementara itu, meningkatnya pekerja formal, utamanya didorong oleh meningkatnya penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai, dengan total mencapai 3,44 juta orang atau 38,80 persen dibanding Agustus 2023.
Sementara itu, tiga lapangan usaha yang menyerap paling banyak tenaga kerja adalah sektor pertanian dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 28,18 persen, perdagangan sebanyak 18,89 persen dan industri pengolahan sebanyak 13,83 persen.
“Tiga lapangan usaha dengan jumlah tenaga kerja terbanyak adalah Pertanian, Perdagangan, dan Industri Pengolahan. Sementara itu, selama periode Agustus 2023 – Agustus 2024, lapangan usaha penyerap tenaga kerja terbanyak juga sama yaitu Pertanian, Perdagangan, dan Industri Pengolahan,” papar Amalia.
Terkini Lainnya
Artikel Terkait
BPS Catat Deflasi Beras 0,45 Persen per November 2024
Nilai Tukar Petani Naik 0,49 Persen pada November 2024
BPS: Indonesia Alami Inflasi 1,55% di November 2024
Pemerintah akan Buat Data Tunggal Kemiskinan, Beres Sebelum 2025
Populer
Yusril Buka Kemungkinan Bahas Lembaga Tunggal Tangani Korupsi
PKB & PDIP Kuasai Jawa Timur, tapi Kenapa Justru Kalah Pilkada?
Ledakan di Kawasan Bulungan Diduga dari Tabung Gas di Spa Winner
Riwayat Palabuhanratu, dari Mitos sampai Tujuan Favorit Vakansi
Kronologi Kebakaran Rumah di Kemayoran Jakarta Pusat
Airlangga Usul BRI & BSI Jadi Bullion Bank, Begini Tanggapan OJK
Grab Siap Beri Data Mitra Pengemudinya untuk Didata Pemerintah
Kontradiksi Bahlil dan Komitmen Setengah Hati Transisi Energi
Flash News
Inovasi Pembangunan Kota, APEKSI Luncurkan Buku Praktik Baik
MK Terima 241 Permohonan Sengketa Hasil Pilkada Serentak 2024
Prabowo Akan Hadiri Apel Kasatwil Polri di Akpol Semarang
Mario Dandy Jalani Sidang Perdana Kasus Pencabulan
Natalius Pigai Sebut 50% Asta Cita Prabowo Berisikan Tentang HAM
Polisi: Gas di Spa Winner Sempat Akan Dipadamkan Sebelum Meledak
Kejagung Ajukan Kasasi Atas Putusan Bebas Afung Terkait Timah
Polisi Tangkap 4 Pelaku Penculikan Wanita di Antapani Bandung
Komnas Perempuan: Pinjol Pemicu Baru Terjadinya Kasus Femisida
Pimpinan KPK Keluhkan Kurang Lakunya Lelang Barang Rampasan
Imigrasi Kualanamu Perketat Awasi PMI Ilegal saat Libur Nataru
Prabowo Wajibkan Jajaran Pemerintahannya Gunakan e-Katalog
Ledakan Spa di Jaksel karena Gas Pemanas Air, 7 Orang Luka
Prabowo Klaim MBG Buat Perputaran Keuangan Desa Hingga Rp 8 M
Soal Kebakaran di Kemayoran, Warga: Tak Sempat Selamatkan Barang