News - Jejak penyebaran dan perkembangan agama Islam di Jawa Barat dapat dilacak sejak periode akhir Kerajaan Sunda. Seturut Uka Tjandrasasmita dalam Arkeologi Islam Nusantara (2009), penyebaran ajaran Islam di Tatar Sunda berdasarkan sumber historiografi tradisional bermula di daerah Cirebon dan Karawang.

Dalam Carita Purwaka Caruban Nagari, disebutkan bahwa Ki Gedeng Tapa—syahbandar Pelabuhan Muara Jati di Cirebon—merupakan salah satu pejabat Kerajaan Sunda-Galuh yang paling awal memeluk Islam pada abad ke-15.

Putrinya yakni Nyai Subang Larang, yang kelak akan menurunkan Sunan Gunung Jati dan raja-raja Cirebon-Banten, diceritakan berguru di suatu pesantren yang dipimpin oleh Syekh Quro di Karawang.

Rangkaian cerita yang menjadi titik tolak penyebaran Islam di Tatar Sunda ini mencapai klimaksnya pada masa Sunan Gunung Jati. Ia menyebarkan Islam di Jawa Barat bagian timur dan Maulana Hasanudin, anaknya, menyebarkan Islam di Jawa Barat bagian barat serta Banten.

Karena telah mengalami islamisasi sejak periode Kerajaan Sunda pada abad ke-15 dan ke-16, masyarakat Sunda memiliki tradisi yang unik dalam perayaan-perayaan keagamaan mereka, termasuk saat menjelang bulan Ramadhan.

Salah satu daerah yang memiliki tradisi unik menjelang bulan puasa adalah wilayah Priangan atau daerah pergunungan tengah Jawa Barat. Kendati islamisasi di daerah ini paralel dengan wilayah pesisir seperti Cirebon, corak keislaman masyarakat Priangan sebenarnya memiliki tradisi yang lebih khas.

Menurut Mumuh Muhsin Z pada "Priangan dalam Arus Dinamika Sejarah" (2011), Priangan merupakan daerah persimpangan antara kebudayaan Sunda dengan budaya Jawa Mataraman sejak abad ke-17.

Fenomena ini bukan hal aneh, karena sejak paruh pertama abad ke-17 Kerajaan Mataram Islam memang sudah menancapkan panji kekuasaannya di Priangan. Budaya Mataraman di Priangan tetap eksis kendati Mataram harus rela menyerahkan Priangan pada VOC pasca Pemberontakan Trunojoyo (1674-1680).

Budaya Mataraman lestari berkat para menak atau bangsawan Sunda yang tetap menjalankan cara hidup ala ningrat Jawa di pendopo-pendopo kabupaten.