News - “Break! Break! Dimonitor! Stasiun Barata dari Tanggo Kilo izin gabung frekuensi. Roger! Sekali lagi izin gabung gitu, Ganti!”

Saya sudah berseragam SMP saat bapak membelikan seperangkat interkom buat ngebrik, lalu dibantu saudara dan handai taulan yang memasang jaringan kabel kawat, melilit dari rumah ke rumah. Saat itu, saya anggota paling muda dibandingkan breaker lainnya.

Ngebrik merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kegiatan berkomunikasi menggunakan radio amatir atau interkom. Dengan peralatan sederhana ini, orang-orang dapat berinteraksi tanpa harus bertemu langsung. Ini sangat memudahkan dalam berkomunikasi, terutama di daerah-daerah yang memiliki keterbatasan akses komunikasi.

Interkom, alat komunikasi sederhana itu sudah lama ngetren di kampung. Mungkin bapak sudah menganggap saya cukup umur dan pantas untuk mendapatkannya. Dan seketika, suasana kehidupan sehari-hari dipenuhi dengan nuansa yang penuh warna.

Bayangkan memasuki libur sekolah, di sebuah rumah sederhana, saat listrik belum lama masuk desa, pesawat televisi masih langka, radio tape hanya milik segelintir, suara nyaring dari interkom sering kali jadi pilihan mewah untuk mencari hiburan. Ia menghubungkan setiap sudut rumah. Obrolan dengan ragam canda dan tawa menjadi sinyal bahwa komunikasi bisa berlangsung tanpa harus beranjak dari tempat duduk.

Setahun kemudian, di ruang tengah, keluarga sudah berkumpul di depan televisi, menyaksikan acara favorit mereka—dari film kartun, berita petang hingga sinetron yang mengharu biru. Di kalangan berada, anak-anak tetangga sudah asyik bermain dengan mainan baru, sementara suara musik dari kaset mengisi udara dengan melodi ceria.

Sedangkan di kamar, brik-brikan masih berlangsung mengabarkan beberapa pendatang baru di frekuensi jaringan. Sebagai anggota, saya juga ikut gotong royong ke kampung tetangga memasang kabel-kabel kawat interkom jika ada calon breaker baru.

Dikerubungi anak-anak yang berlarian di halaman, tertawa sembari bermain dan mengganggu kami mengakhiri pemasangan kabel yang panjangnya berpuluh-puluh meter itu. Tidak ada seremonial selain makan nasi liwet bersama. Setelahnya, orang dewasa berbincang-bincang di teras, saling bertukar cerita tentang kehidupan sehari-hari.

Suasana hangat dan akrab ini menciptakan rasa kebersamaan yang kuat. Jaringan di udara itu ternyata mampu mengembangkan jejaring baru di dunia nyata.

“Dicopy! Barata dari Tanggo Kilo selamat bergabung. Roger! Silahkan memperkenalkan diri, begitu, Ganti!”