News - Naiknya Hissène Habré menjadi Presiden Chad pada 1982 menuai amarah Muammar Gaddafi yang, selama bertahun-tahun, telah mengerahkan segala upaya agar Chad bisa lepas dari cengkeraman kolonial Prancis.

Gaddafi, Pemimpin Libya, sebetulnya memiliki hubungan baik dengan Presiden Chad sebelumnya, Goukouni Oueddei, yang memerintah dari 1979 hingga 1982. Gaddafi dan Goukouni pada 1981 bahkan sempat bersepakat untuk melakukan unifikasi Chad dan Libya.

Akan tetapi, manuver Gaddafi di Chad itu berakhir sia-sia ketika Goukouni digulingkan oleh Habré. Habré sendiri didukung oleh Prancis yang tidak ingin Chad yang kaya emas dan uranium jatuh ke dalam pengaruh Libya.

Singkat cerita, Habré kemudian menjadi Presiden Chad pada 1982 dan Goukouni menjadi pemimpin kelompok pemberontak bernama GUNT (Pemerintahan Transisi Persatuan Nasional). Gaddafi yang menolak mengakui Habré sebagai Presiden Chad pun mendukung pemberontakan GUNT. Namun, upaya Libya ini lagi-lagi kandas setelah Prancis turun tangan.

Kendati gagal menggulingkan pemerintahan Habré, pasukan Gaddafi berhasil menguasai Chad bagian utara yang berbatasan dengan Libya. Posisi Libya ini didukung oleh GUNT sampai 1986, ketika kelompok pemberontak itu berubah sikap menjadi anti-Libya. Momentum ini kemudian dimanfaatkan oleh Habré untuk menggandeng pasukan GUNT dan kemudian mengusir Libya.

Yang kemudian terjadi adalah apa yang dicatat sejarah sebagai "Perang Toyota". Pasukan Chad yang dikerahkan Habré kala itu dimobilisasi dengan menggunakan Toyota Hilux dan Land Cruiser. Tak cuma itu, mobil-mobil Toyota itu pun ada yang dimodifikasi menjadi mobil taktis, yaitu mobil bak terbuka yang dilengkapi dengan senjata, entah senapan mesin, peluncur roket, dan senjata-senjata serupa.