News - Istilah toxic productivity mungkin sudah sering Anda dengar. Toxic productivity merupakan masalah serius yang harus diatasi karena bisa menimbulkan banyak dampak negatif. Lalu, apa itu toxic productivity?
Produktif memang termasuk hal yang sangat baik, tapi toxic productivity bisa menghancurkan hidup seseorang. Masalahnya, terkadang orang tidak sadar bahwa ia sudah terjebak dalam masalah toxic productivity.
Saat mengidap toxic productivity, seseorang akan menganggap bahwa apa yang ia lakukan adalah benar dan positif. Ia tidak menyadari bahwa hal itu bisa sangat merugikan kesehatan fisik, mental, bahkan merusak hubungan sosialnya dengan orang lain.
Apa itu Toxic Productivity?
Toxic productivity adalah istilah yang mengacu pada keinginan untuk selalu produktif setiap saat. Artinya, harus ada target yang dicapai setiap hari sebagai bukti produktivitasnya.
Seseorang yang terjebak dalam toxic productivity biasanya tidak betah ketika diam atau tidak melakukan sesuatu. Bahkan, ketika menyelesaikan satu pekerjaan, dia akan sibuk memikirkan tentang hal apa lagi yang bisa ia lakukan.
Sekilas, toxic productivity mirip dengan workaholic atau gila kerja. Bedanya, workaholic hanya fokus di bidang pekerjaan, sedangkan toxic productivity bisa mencakup banyak hal.
Sebagai contoh, Anda setiap hari bekerja di kantor dan punya waktu libur. Di hari libur, juga merasa harus tetap produktif sehingga melakukan banyak aktivitas, mulai dari melakukan pekerjaan rumah atau mungkin mengambil pekerjaan lain di luar kerjaan kantor.
Toxic productivity tidak hanya menjangkiti orang dewasa atau yang sudah bekerja, bahkan anak remaja pun bisa mengalaminya. Contoh, seorang siswa dengan toxic productivity bisa terobsesi untuk selalu belajar, mengikuti banyak ekstrakurikuler, atau ikut kegiatan di luar sekolah.
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami toxic productivity. Mulai dari kepribadian, tuntutan sosial, hingga persaingan. Di sisi lain, dampak toxic productivity bisa sangat berbahaya karena dapat merusak kesehatan fisik dan mental.
Seseorang yang selalu bekerja tanpa henti akan membuat tubuhnya kelelahan dan bisa merasa stres. Tak hanya itu, toxic productivity juga bisa memengaruhi hubungan sosial. Kesibukan bekerja akan membuat quality time bersama keluarga atau teman dekat berkurang, bahkan bisa jadi ia akan gagal dalam hubungan percintaan.
Tanda-Tanda Toxic Productivity
Anda wajib bisa membedakan antara produktif yang sehat dengan toxic productivity. Ciri ciri toxic productivity di antaranya adalah:
1. Mengambil banyak pekerjaan/kegiatan
Toxic productivity mendorong seseorang untuk selalu rajin dan produktif. Karena itulah ia akan mengambil banyak pekerjaan dan tidak akan melewatkan peluang sedikit pun.Sayangnya, seseorang dengan toxic productivity umumnya kurang bisa mengukur atau menyesuaikan antara jumlah pekerjaan dengan kemampuan tubuhnya. Mereka juga kadang mengabaikan hal-hal lain seperti kesehatan dan keluarga karena menganggap pekerjaan jauh lebih penting.
2. Menolak istirahat
Salah satu efek dari banyaknya pekerjaan adalah berkurangnya, atau bahkan tidak ada sama sekali, waktu untuk beristirahat. Begitu selesai dengan satu tugas, maka ia akan mengerjakan tugas lainnya agar tetap produktif.Padahal, istirahat juga sangat penting agar tubuh tetap sehat dan bisa terus produktif ke depannya. Namun, dalam pola pikir toxic productivity, beristirahat berarti tidak melakukan apa-apa sehingga istirahat dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia.
3. Merasa bersalah jika tidak melakukan sesuatu
Tanda tanda toxic productivity lainnya adalah munculnya perasaan bersalah ketika tidak melakukan apa-apa. Bagi orang dengan toxic productivity, tidak ada kata diam dalam kamusnya dan terobsesi untuk mengerjakan sesuatu agar selalu produktif.4. Merasa burnout
Saat melakukan pekerjaan secara terus-menerus dan berlebihan, seseorang dengan toxic productivity pada akhirnya akan merasakan burnout. Burnout sendiri adalah kelelahan fisik dan mental yang bisa berdampak pada kesehatan.Ironisnya, dorongan untuk selalu produktif bisa lebih kuat sehingga bukan tidak mungkin mereka akan menolak untuk beristirahat. Jika berlangsung dalam jangka waktu lama, kesehatan akan makin menurun dan bisa berakibat fatal.
5. Tidak pernah puas
Seseorang dengan toxic productivity umumnya tidak pernah puas dengan apa yang sudah ia kerjakan dan menginginkan hasil yang lebih baik lagi. Bahkan, terkadang ia memiliki target yang tidak realistis.Rasa tidak puas inilah yang akhirnya membuat pengidap toxic productivity merasa harus terus melakukan sesuatu. Ia terobsesi mencapai target yang sebenarnya sulit sekali untuk dicapai.
6. Tidak menikmati hobi lagi
Hampir semua orang memiliki hobi atau hal yang disukai, misalnya membaca buku, memasak, berkebun, dan semacamnya. Saat seseorang mulai terjebak dalam toxic productivity, ia seolah melupakan hobinya yang dulu karena terlalu sibuk bekerja.Tak hanya itu, saat hendak melakukan hobinya lagi, ia tidak bisa menikmatinya seperti dulu. Hobi dianggap tidak memiliki hasil yang jelas alias bukan kegiatan yang produktif.
Kembali ke poin sebelumnya, aktivitas di luar pekerjaan akan dianggap sia-sia dan ia bisa merasa bersalah hanya karena meluangkan waktu untuk hobinya.
Cara Mengatasi Toxic Productivity
Toxic productivity yang dipelihara terus-menerus bisa membahayakan diri Anda sendiri. Berikut cara mengatasi toxic productivity yang bisa dicoba:
1. Ubah mindset
Hal paling awal yang harus dilakukan agar tidak selamanya terjebak dalam toxic productivity adalah mengubah mindset tentang makna produktif. Produktif harus dimaknai sebagai hal yang menghasilkan atau menciptakan sesuatu, tapi hasilnya juga akan sia-sia jika Anda mengabaikan hal lainnya.Tanamkan pikiran bahwa segala hal yang berlebihan itu tidak baik, sedangkan produktif bukan berarti bekerja atau beraktivitas secara terus-menerus.
2. Tetapkan target yang lebih realistis
Salah satu hal yang membuat orang terjebak dalam toxic productivity adalah adanya target yang tidak realistis. Tidak realistis artinya tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.Target seperti ini akan mendorong seseorang untuk terus mengejarnya dengan segala cara, termasuk bekerja tanpa henti hingga mengabaikan hal lain yang sebenarnya tak kalah penting.
3. Batasi diri
Salah satu cara mengatasi toxic productivity adalah dengan memahami bahwa Anda tidak perlu menangani semua hal. Cukup lakukan pekerjaan inti atau hal yang sudah menjadi kewajiban.Jika tidak benar-benar dibutuhkan dan bisa dikerjakan oleh orang lain, tidak perlu ikut campur. Selain itu, tidak melakukan hal lain di luar kewajiban Anda juga bukan sesuatu yang buruk.
4. Belajar bilang ‘tidak’
Anda mungkin tergiur ketika melihat banyak peluang di depan mata, mungkin juga mendapat banyak tawaran pekerjaan yang sesuai dengan minat.Namun, belajarlah untuk menolak dan berkata ‘tidak’. Pilih pekerjaan/aktivitas mana saja yang memang dibutuhkan dan tetap disesuaikan dengan waktu dan kemampuan yang Anda miliki.
5. Seimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi
Jangan menghabiskan semua waktu hanya untuk bekerja. Bagilah waktu antara kehidupan profesional dan pribadi Anda. Misalnya, segera pulang ke rumah ketika pekerjaan sudah tuntas atau menghabiskan waktu dengan keluarga di akhir pekan.6. Sesekali tidak produktif
Bagi Anda yang memiliki masalah toxic productivity, cobalah untuk meninggalkan pekerjaan untuk sementara waktu, bahkan tetapkan jadwal istirahat jika perlu. Beristirahatlah, baik itu sekadar bersantai, tidur, menonton televisi, jalan-jalan, mengobrol, meditasi, atau hal lainnya.Jangan berpikir bahwa tidak produktif adalah hal yang salah. Sebaliknya, hal seperti ini termasuk self care yang sangat penting dalam kehidupan. Memberi jeda pada jadwal pekerjaan berguna untuk memulihkan tenaga dan kondisi mental sehingga Anda tidak terlalu stres.
Terkini Lainnya
Apa itu Toxic Productivity?
Tanda-Tanda Toxic Productivity
1. Mengambil banyak pekerjaan/kegiatan
2. Menolak istirahat
3. Merasa bersalah jika tidak melakukan sesuatu
4. Merasa burnout
5. Tidak pernah puas
6. Tidak menikmati hobi lagi
Cara Mengatasi Toxic Productivity
1. Ubah mindset
2. Tetapkan target yang lebih realistis
3. Batasi diri
4. Belajar bilang ‘tidak’
5. Seimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi
6. Sesekali tidak produktif
Artikel Terkait
Jatuh Cinta dengan Rekan Kerja, Berjuta Rasanya...
Masa Ya Bund - TOXIC PARENTING
Cara Menghilangkan Sifat Toxic dalam Diri Sendiri & Ciri-cirinya
Produktivitas Kunci agar Indonesia Tidak Terjerat Stagflasi
Populer
Mahasiswi Untar Diduga Bunuh Diri Loncat dari Gedung Kampus
Kapolres Boyolali Meninggal Dunia usai Alami Kecelakaan
Potret Buram Kondisi Pertanian & Pekerja Tani di Indonesia
Dharma Sebut Pandemi COVID Agenda Asing: Kenapa Bukan Taufik?
Pramono Sebut Jabar Belum Ramah Disabilitas, RK: Saya Minta Maaf
MenPAN-RB Ungkap Update Terbaru Nasib Gaji Tunggal PNS
Srimul: 11 Juta Lapangan Kerja Tercipta di Tengah Isu Banyak PHK
Senjakala Demokrasi di Poco Leok: Jurnalis-Warga Disikat Aparat
Flash News
Pimpinan DPR Masih Dapat Rumah Dinas di Widya Chandra & Kuningan
KPK Tangkap 6 Orang dalam OTT di Kalsel, Uang Rp10 Miliar Disita
Istana Bantah Jokowi Tak Menyalami Try Sutrisno saat HUT TNI
Kemenag Pastikan KUA Tolak Melayani Pernikahan di Bawah Umur
Pramono Janjikan Warga Kedoya Jaminan Kampungnya Tak Digusur
Dasco Ungkap akan Ada Badan Aspirasi Rakyat di DPR RI
Kemenag Belum Diajak Bicara soal Pembentukan Kementerian Haji
Kemenag Pilih Tak Intervensi Pesantren soal Kasus Kekerasan
Hakim PN Semarang Tak Ikut Cuti Bersama Perjuangkan Hak
Gerindra Pastikan Keppres Pemindahan IKN akan Diteken Prabowo
Kemenag akan Gelar Religion Festival di Jiexpo pada 9 Oktober
Minus Rumah Dinas, Tunjangan Anggota DPR Bisa di Atas Rp70 Juta
Program Jaringan Asmara ala Pramono demi Tampung Aspirasi Warga
Soal Kartu Kamu ala RK, Pramono: Sudah Terlalu Banyak Banget
DPR Mengeluh Rumah Dinas Kerap Kemasukan Tikus dan Atap Bocor