News - "Peta mengandung petunjuk mengapa menusia menjadi manusia. Ia menghubungkan dan menyelaraskan kembali sejarah kita, merefleksikan yang buruk serta yang baik dari penjelajahan dan keingintahuan manusia," tulis Simon Garfield dalam On The Map: Why the World Looks the Way it Does (2012).

Peta pernah menjadi senjata utama Barat menguasai Asia dan Afrika. Kini, melalui application programming interface (API) Google Maps, Openstreetmap, hingga Mapbox, peta menjadi senjata utama Gojek, Grab, Uber, hingga AirBnB dalam menjangkau masyarakat dengan buruh-buruh mereka--atau "mitra" dalam eufemisme ala startup. Sejak diciptakan hingga saat ini, peta tak pernah dan tak akan pernah sempurna.

Mula-mula peta dibangun dari desas-desus "para pelaut tentang pengembaraan mereka, dari Barat ke Timur, Utara ke Selatan," tulis Andrew Taylor dalam World of Gerard Mercator: The Mapmaker Who Revolutionized Geography (2004).

Salah satu peta pertama di dunia, yaitu peta T-O, digambar dengan hanya berisikan tiga benua, yakni Asia yang berada di Utara (ujung huruf T), Eropa di sebelah Barat, dan Afrika di bagian Timur--dengan Samudra mengelilingi tiga benua itu. Dulu, peta dianggap sebagai bagian dari karya seni sehingga peta Lembah Valcomanica di Italia dihiasi ornamen berupa gambar binatang, belati, hingga matahari. Hal ini mengaburkan makna peta yang dikenal saat ini.

Seratus tahun setelah kelahiran Yesus, Ptolomeus--cendekiawan asal Timur Tengah berkewarganegaraan Romawi--memperbaiki cacat peta dengan menginisiasi penggunaan koordinat (grid/graticule, kemudian berevolusi menjadi garis lintang dan garis bujur) pada peta. Ia memulai standarisasi bahwa misalnya Inggris berada di titik 21 grid dan 61 1/3 graticule dalam peta melalui membandingkan dan menghitung geometri Bumi dengan keberadaan bintang kutub (polestar/North Star/Northern Hemisphere).

Melalui buku berjudul Geographia (terbit sekitar tahun 150), Ptolomeus berhasil merangkum delapan ribu wilayah--termasuk sungai, pergunungan, hingga semenanjung--lengkap dengan koordinatnya. Melalui buku inilah lahir peta-peta yang berbentuk dan bermakna hampir sama dengan peta yang kita kenal saat ini.

Peta dalam buku ini menjadi rujukan Christopher Columbus menemukan "India". Dan melalui buku ini pula, sebagaimana dipaparkan Karen Vezie dalam "Mercator’s Projection: A Comparative Analysis of Rhumb Lines and Great Circles" (2016) dan "History of the Mercator Projection" (2018) karangan Marc Vis, Gerardus Mercator berhasil menciptakan peta yang dianggap paling akurat untuk merepresentasikan Bumi pada tahun 1538 melalui Peta Mercator atau peta yang dibuat dengan teknik proyeksi ala Mercator.

Mentranslasikan keadaan Bumi sesungguhnya (3D) ke dalam bentuk peta (2D) dengan memanfaatkan silinder, Mercator membuat peta dengan tiga kondisi.Pertama, arah Utara-Selatan adalah arah vertikal (garis lintang). Kedua, arah Timur-Barat adalah arah horizontal di mana panjang ekuator wajib dipertahankan (garis bujur). Dan ketiga, semua garis lurus pada peta merupakan garis-garis yang memiliki bantalan konstan.