News - Langit Yerusalem dan kota-kota di Israel, Minggu (14/4/2024) dini hari, menyala terang seperti diserbu kunang-kunang raksasa. Namun, yang berkobar menerangi langit malam itu adalah roket, serta ratusan pesawat nirawak (drone) milik Iran, yang mengincar pangkalan militer Israel.

Serangan itu menjadi penanda konflik terbuka Israel-Iran, yang sebelumnya berkonfrontasi dalam senyap lewat masing-masing proksi.

Teheran mengklaim serangan itu sebagai balasan sah atas tindakan sewenang-wenang Israel menyerang Kantor Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada hari pertama April 2024.

Tudingan atas serangan misil yang tidak dikonfirmasi dan tak pula dibantah pihak Israel itu, menewaskan 16 orang di Konsulat Iran. Termasuk dua Jenderal Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi dan Brigadir Jenderal Mohammad Hadi Haji Rahimi.

Kedutaan Besar Iran di Jakarta sebagaimana mengutip pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran, menyebut bahwa serangan militer dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Iran terhadap pangkalan militer “rezim zionis Israel”.

Langkah tersebut diklaim Iran sejalan dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Pasal 51 sebagai hak membela diri. Serangan juga disebut turut dilakukan oleh proksi milisi Iran dari Lebanon, Irak, Suriah, dan Yaman ke negara Israel.

Di pihak Israel, mereka mengatakan berhasil mengadang 99 persen serangan roket dan pesawat nirawak Iran. Dilaporkan juga bahwa sekutu negara Israel, yakni Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Yordania, ikut membantu menghalau serangan udara Iran. Sebuah pangkalan udara milik Israel disebut rusak imbas serangan ini, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dari warga Israel.

Kawasan Timur Tengah dan dunia kini harap-harap cemas serangan Iran akan dibalas kembali oleh Israel. Pasalnya jika hal tersebut terjadi, eskalasi konflik tak menutup kemungkinan berubah menjadi perang terbuka yang cukup masif. Dampak konflik yang memanas akan berpengaruh pada kedamaian kawasan dan perekonomian global, termasuk di Indonesia.

Konflik Iran-Israel

Sistem pertahanan udara Iron Dome Israel diluncurkan untuk mencegat rudal yang ditembakkan dari Iran, di Israel tengah, Minggu, 14 April 2024. Iran melancarkan serangan militer langsung pertamanya terhadap Israel pada hari Sabtu. Militer Israel mengatakan Iran menembakkan lebih dari 100 drone pembawa bom ke arah Israel. Beberapa jam kemudian, Iran mengumumkan bahwa mereka juga telah meluncurkan rudal balistik yang jauh lebih merusak. (Foto AP/Tomer Neuberg)

Kekhawatiran ini tergambar dari pernyataan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, yang menyatakan bahwa masyarakat Timur Tengah sedang menghadapi bahaya nyata dari konflik skala tinggi yang memorak-porandakan kawasan. Karenanya, dia meminta semua pihak yang terlibat konflik di Timur Tengah menahan diri secara maksimal.

Hal ini disampaikan Guterres dalam Rapat Darurat Dewan Keamanan PBB di Markas PBB, Minggu (14/4/2024) malam waktu setempat atau Senin (15/4/2024) waktu Indonesia. Rapat darurat tersebut digelar sebagai respons atas serangan balasan Iran ke Israel pada hari Minggu.

“Baik kawasan ini (Timur Tengah) maupun dunia, tidak mampu menanggung lebih banyak perang,” kata Guterres kepada forum sebagaimana dikutip dari laman resmi PBB.

Guterres juga menegaskan bahwa fasilitas diplomatik memiliki imunitas (tidak boleh diserang) dan Israel telah melanggar prinsip ini dengan menyerang konsulat Iran di Damaskus. Dia mengingatkan tanggung jawab bersama komunitas internasional untuk mencegah eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah.

Tanggung jawab itu termasuk menjamin gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza, Palestina, serta pembebasan semua sandera sesegera mungkin tanpa syarat. Selain itu, pengiriman bantuan kemanusiaan yang bebas hambatan harus dijamin.

Sebagai informasi, genosida Israel terhadap warga Palestina sejak Oktober 2023 lalu sudah memakan korban jiwa sedikitnya 33 ribu orang. Hingga saat ini, Israel masih melakukan serangan ke Palestina dengan dalih memerangi Hamas.