News - Rasa senang memenuhi hati Pangeran Cilik saat ia mendengar domba suka memakan semak. Ia berpikir binatang tersebut bakal turut gemar menyantap pohon baobab. Tapi, tokoh “aku” buru-buru menjelaskan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Baobab bukanlah semak melainkan pohon sebesar gereja dan gerombolan gajah pun tidak akan mampu menghabiskan tanaman tersebut.

Didorong rasa penasaran, tokoh “aku” lalu bertanya mengapa Pangeran Cilik ingin dombanya memakan pohon baobab. Ia berkata ada banyak benih pohon baobab di tempat tinggalnya, yakni Asteroid B 612 Apabila dibiarkan tumbuh dan tak dicabut, benih pohon baobab bakal membesar dan menutupi seluruh planet. Akarnya akan melubangi tanah dan bila ukuran planet dan jumlah pohon tak seimbang maka ada kemungkinan Asteroid B 612 akan hancur.

“Itu masalah disiplin,” ujar Pangeran Cilik. “Pagi-pagi sehabis mandi, planetnya harus dibersihkan baik-baik. Begitu bisa membedakannya dengan mawar –yang mirip sekali dengan baobab kalau masih muda –kita mesti memaksa diri untuk mencabutnya dengan teratur. Itu pekerjaan yang sangat membosankan, tetapi sangat mudah.”

Seperti yang dilaporkan The New York Times, pohon baobab yang muncul dalam novel La Petit Prince atau Pangeran Cilik karya Antoine de Saint-Exupéry tersebut adalah perumpamaan Naziisme, ideologi resmi Nazi, partai fasis Jerman yang berkuasa antara 1933 sampai 1945 di bawah Adolf Hitler.

Lewat baobab, ia ingin menyampaikan pesan bahwa Naziisme tak tampak bahaya sampai ajaran tersebut dipraktikkan. Salah satu buah ajaran itu adalah invasi Jerman terhadap Perancis yang membuat de Saint-Exupéry harus minggat ke New York, Amerika Serikat.

Tak hanya di La Petit Prince, pohon baobab juga muncul di kisah dongeng, mitos, bahkan film pendek. Tapi tanaman ini tak cuma ada dalam cerita bagi masyarakat Afrika. Pohon baobab berbaur menjadi satu dengan kehidupan masyarakat dalam ritual keagamaan, pemakaman, perburuan, dan lain sebagainya.