News - Nilai tukar rupiah kembali melemah 22,5 poin dari posisi sebelumnya menjadi Rp16.210 per dolar AS, Jumat, (26/4/2024) sore ini. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan faktor eksternal pelemahan kurs rupiah saat ini.

Menurutnya, sentimen pertama menguatnya indeks dolar AS merujuk pada data Departemen Perdagangan AS yang melaporkan bahwa produk domestik bruto tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 1,6 persen pada periode Januari-Maret 2024.

Data tersebut tercatat lebih lambat dari tingkat pertumbuhan 2,4 persen yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa inflasi yang diukur dengan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti naik 3,7 persen pada kuartal pertama, melampaui perkiraan kenaikan 3,4 persen.

"Kejutan inflasi menempatkan fokus yang lebih besar dari biasanya pada rilis data indeks harga PCE untuk bulan Maret pada hari Jumat. Indeks PCE, dan indeks PCE inti yang memperhitungkan harga pangan dan energi merupakan salah satu ukuran paling penting yang digunakan oleh The Fed dalam mengukur perilaku harga," kata Ibrahim dalam keterangan yang diterima.

Di sisi internal, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, melaporkan kinerja APBN masih terjaga dalam posisi surplus hingga Maret 2024. APBN hingga Maret atau kuartal I terlihat positif meskipun tetap waspada karena kondisi geopolitik meningkat.

Sedangkan posisi total dari APBN masih surplus Rp8,1 triliun atau 0,04 persen dari GDP, dari sisi keseimbangan primer surplus Rp122,1 triliun.

"Kinerja surplus itu terjadi karena pendapatan negara lebih besar dibandingkan belanja APBN. Untuk pendapatan negara hingga Maret telah terkumpul Rp620,01 triliun atau setara 22,1 persen dari target Rp2.802,3 triliun pada kuartal pertama," kata Sri Mulyani

Dihubungi terpisah, Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjandra, juga menyebut pelemahan rupiah hari ini tersentimen data ekonomi AS yang menunjukkan komponen harga dari PDB kuartal I naik melebihi ekspektasi pasar 3,7 persen.

"Yang artinya inflasi masih tinggi. Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS juga lebih bagus dari prediksi, menunjukkan penurunan klaim menjadi hanya 207 ribu dari ekspektasi 214 ribu," kata Ariston saat dihubungi.

Menurut dia, pelaku pasar juga masih menunggu data indikator inflasi Core PCE Price Index bulan Maret yang menjadi acuan penting the Fed untuk mempertimbangkan kebijakan moneter AS selanjutnya.

Pada kesempatan terpisah, Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menjelaskan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini menembus di atas Rp16 ribu masih lebih baik dibandingkan negara lain. Hal itu disampaikannya saat konferensi pers APBN KiTa di Kantor Kementerian Keuangan, Jumat, (26/4/2024).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyampaikan bahwa kurs saat ini mengalami depresiasi hingga 5,37 persen secara year to date (ytd). Dalam catatannya, angka pelemahan ini relatif lebih rendah dibandingkan negara lain di kawasan Asia Tenggara.

"Negara-negara seperti sekitar kita dan di emerging G20 kira-kira dalam situasi yang mirip, ada yang lebih parah, tentu tergantung dari pondasi dan kondisi ekonomi masing-masing," kata Sri Mulyani.

Dia juga mencatat pelemahan nilai tukar Bath Thailand terkoreksi 8,56 persen, Won Korea Selatan melemah 6,31 persen. Kemudian, nilai tukar Lira Turki melemah hingga 10,4 persen terhadap dolar AS.

"Untuk Brazil dekat dengan kita di 5,06 terus, kita lihat Vietnam 4,7, South Afrika 4,7, dan Filipina 3,9," ujarnya.