News - Tidak banyak rasanya orang yang mau bekerja jauh dari keluarga. Apalagi tinggal di kawasan terpencil nun jauh di pegunungan Papua. Jadi ketika ada yang rela melakukannya, bahkan sampai tiga generasi, kisah mereka layak jadi inspirasi.
Orang-orang itu dikenal dengan sebutan ‘Agute’ berasal dari Anak Gunung Tembagapura. Istilah ini merujuk pada kumpulan karyawan pegawai PT Freeport Indonesia yang tumbuh dan besar di area Tembagapura, sebuah kawasan khusus perumahan karyawan yang letaknya berada di ketinggian lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut.
Keberadaan mereka menarik perhatian saya ketika berkunjung ke kawasan pertambangan PT Freeport Indonesia. Sejak awal kedatangan, mereka terlihat sangat akrab, saling berpelukan, menebar senyuman, layaknya keluarga. Padahal mereka datang dari berbagai daerah, suku dan agama yang berbeda-beda.
Salah satu tokoh Agute yang cukup dikenal adalah Kepala Teknik Tambang (KTT) PT Freeport Indonesia, Carl Tauran. Dia adalah sosok yang paling senior dan keluarganya sudah bekerja selama tiga generasi di sana.
Orang tua Carl ketika tahun 1980an bekerja di PT Freeport Indonesia sebagai port manager. Carl kemudian lahir dan tumbuh di kawasan Tembagapura. Setelah sekolah, dia kemudian melamar menjadi pegawai PT Freeport Indonesia generasi kedua dan diterima. Kini, sang putri yang lahir di Tembagapura juga, mengikuti jejak langkahnya sebagai generasi ketiga.
“Putri saya sudah bekerja juga di sini sekarang,” kata Carl saat diwawancara usai perayaan HUT PT FI ke 57 di Tembagapura, 7 April 2024.
Selain Carl, ada juga kisah Youlla Usagani, yang juga lahir dan tumbuh di Tembagapura, kemudian kembali bekerja di PT Freeport Indonesia. Youlla ikut menemani rombongan dari Jakarta saat perayaan HUT berlangsung.
“Kira-kira sekitar 400an orang, anak-anak (Agute) yang tumbuh di sini,” tambah Carl saat ditanya estimasi jumlah pegawai yang sudah bekerja turun temurun di sana.
Kenapa bisa sampai ada dua hingga tiga generasi keluarga yang bekerja di PT Freeport Indonesia? Terutama yang mau bekerja dan tinggal di kawasan terpencil nun jauh di pegunungan Papua? Carl menyebut soal suasana lingkungan yang unik adalah kuncinya.
“Kalau saya sakit, yang tahu pertama bukan saudara saya dan famili, tapi teman saya. Yang kerja bersama saya,” kenangnya.
Suasana seperti itu yang membuat Carl, Youlla dan beberapa Agute lain merindukan suasana Tembagapura. Sebuah gambaran kehidupan yang harmonis, mengkombinasikan antara pekerjaan dan keluarga.
“Suasana friendship seperti itu yang selalu kita rindukan,” kata dia.
Terkini Lainnya
Karyawan Solid Berdampak pada Kontribusi
Artikel Terkait
Bahlil Sebut Divestasi Saham Freeport Jauh Lebih Kecil dari Vale
Bahlil Sebut Indonesia Segera Kuasai 61 Persen Saham Freeport
Jokowi Soal Freeport: Siapa pun Enggak Bisa Hentikan Hilirisasi
Freeport Berencana Gugat Pemerintah soal Tarif Ekspor Mineral
Populer
Jika Anies & Ahok Maju Pilgub Jakarta, KIM akan Usung Siapa?
Kejati Jatim: INKA Habiskan Rp28 M dalam Proyek Fiktif di Kongo
Korban Kecelakaan Bus di Tol Cipali: Satu Dosen Unpam Meninggal
OECD Beri Penilaian Baik ke BUMN Meski Banyak Komisaris Titipan
Peta Politik Pilkada Semarang Usai Kantor Mbak Ita Digeledah KPK
Bus Rombongan Rektor Unpam Kecelakaan di Tol Cipali, 1 Meninggal
Terusir dari Surabaya, Tante Lien Pindah ke Den Haag yang Malang
Apakah PKB & PDIP Akan Bikin Poros Baru demi Lawan Anies di DKI?