News - Rezim pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan segera berakhir pada Oktober 2024. Menjelang lengsernya presiden asal Solo yang menjabat hampir satu dekade tersebut, sejumlah pihak menilai muncul gejala antikritik yang semakin tebal dari pemerintahan Jokowi. Pemerintah dinilai semakin menjauh dari nilai-nilai demokrasi dan tidak mendengar aspirasi masyarakat.

Gejala antikritik ini disebut makin kentara ketika Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, meminta para pengkritik pemerintah angkat kaki atau pindah dari Indonesia. Potongan video pidato Luhut itu viral di media sosial dan memancing banyak komentar.

“Kita semua harus bangga jadi orang Indonesia. Kita kritik bangsa kita, tapi kritik yang membangun. Jangan kritik merasa semua jelek, semua jelek, kalau jelek pindah saja kau dari Indonesia ini,” kata Luhut.

Pakar komunikasi politik dari Universitas Padjajaran, Kunto Adi Wibowo, menilai akhir pemerintahan Presiden Jokowi semakin mirip dengan rezim Orde Baru. Menurut Kunto, apa yang disampaikan Luhut bukan gejala antikritik, melainkan sikap antikritik itu sendiri.

“Pak Luhut kan memang dari dulu begitu ya karakter atau tabiat antikritiknya, kelihatan sejak awal pemerintahan. Tapi Pak Jokowi ini yang memprihatinkan, karena di awal dia bilang rindu didemo, tapi sudah 1-2 tahun pemerintahannya dia enggak mau ketemu Aksi Kamisan, dia enggak mau ketemu [unjuk rasa] petani Kendeng,” kata Kunto kepada reporter Tirto, Rabu (20/3/2024).

Di awal-awal Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, dirinya memang sempat menyatakan rindu menerima unjuk rasa atau demonstrasi rakyat. Dia bahkan siap memberikan konsumsi bagi peserta aksi yang mendemo kepemimpinannya. Sayangnya, kata Kunto, ucapan itu berubah menjadi pemanis bibir belaka ketika Jokowi sudah menjadi presiden.

“Itu hanya pemanis di bibir belaka, karakter aslinya memang Pak Jokowi enggak bisa dikritik dan makin terbuka tabiatnya di akhir pemerintahan,” tutur Kunto.

Kunto berpendapat, di ujung pemerintahan ini, Presiden Jokowi memang lebih egoistis. Presiden dinilai tidak merasa punya beban dengan ikut cawe-cawe dalam politik elektoral. Selain itu, Jokowi begitu berambisi meninggalkan legasi berupa megaproyek IKN Nusantara yang sebetulnya terlihat dipaksakan dan masih menyisakan masalah dalam pengerjaanya sampai kini.

“Kalau menurut saya ya ini model kecenderungan untuk terpeleset ke otoritarianisme. Memang sudah diprediksi oleh banyak pengamat dari luar negeri misalnya atau ilmuwan dari luar ketika konsolidasi politik pascapemilu 2019 bergabungnya Gerindra dan Pak Prabowo ke Jokowi itu,” ujar Kunto.

Sementara itu, Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhammad Isnur, menyatakan ucapan Luhut memang menunjukkan gejala antikritik di tubuh pemerintah Presiden Jokowi. Kritik yang datang bukannya diterima malah menjadi semacam ancaman bagi Jokowi dan menteri-menterinya.

“Sebenarnya tanda dari otoritarianisme pemerintahan. Jadi Jokowi semakin bertentangan dengan semangat kemerdekaan, yang menjamin kehidupan kebangsaan yang bebas, yang menjamin perikemanusiaan dan perikeadilan, yang menjamin hak atas kebaikan berpendapat dan berekspresi,” ujar Isnur kepada reporter Tirto, Rabu (20/3/2024).

Sikap antikritik disebut Isnur sangat bertentangan dengan Pancasila dan konstitusi negara. Ucapan Luhut, kata Isnur, sejalan dengan sikap-sikap pemerintah di sejumlah daerah di mana gejala antidemonstrasi begitu kental dengan adanya tindakan represif.

“Catatan YLBHI itu sangat banyak [warga] yang meninggal saat berhubungan dengan demonstrasi. Ini terjadi juga di masyarakat bawah, masyarakat-masyarakat yang mempertahankan ruang hidupnya, mempertahankan tanahnya, mempertahankan lingkungan hidupnya, itu banyak yang dipenjara, dikriminalisasi, bahkan ditembak,” kata Isnur.

Dia mencontohkan kasus penembakan peserta unjuk rasa di Seruyan, Kalimantan Tengah, yang menyebabkan satu aparat kepolisian menjadi tersangka. Peserta aksi bernama Gijik meninggal karena terkena tembakan peluru aparat, dan seorang peserta lain mengalami luka parah akibat tembakan.