News - Angka kasus kematian yang disebabkan demam berdarah dengue (DBD) hingga separuh tahun 2024, hampir menyentuh jumlah total kematian akibat DBD tahun lalu.

Berdasarkan data yang dilaporkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga minggu ke-23 tahun ini, kejadian DBD mencapai 131.501 dengan jumlah kematian sebanyak 799 kasus.

Data tersebut dipaparkan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, Imran Pambudi, kepada Tirto, Jumat (21/6/2024).

“Sampai pertengahan tahun 2024 saja kematian [akibat] DBD sudah hampir menyamai total kematian DBD tahun 2023,” terang Imran.

Imran menilai, kondisi saat ini mengindikasikan bahwa risiko penularan DBD masih akan berlangsung. Tanpa dilakukan perbaikan tanggap darurat yang diikuti dengan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat, kemungkinan jumlah kematian akibat DBD berpotensi terus melaju.

Sebagai informasi, total kasus DBD pada 2023 yang mencapai 114.720 kasus. Tahun lalu, total jumlah kematian akibat DBD mencapai 894 kasus. Maka potensi peningkatan kasus kematian DBD tahun ini bisa melebihi tahun lalu, sebab jumlah kasus DBD saat ini sudah melebihi angka total kasus pada 2023.

“Dapat melebihi tahun 2023, [karena] pada akhir tahun yaitu di bulan November-Desember diperkirakan akan mulai lagi lonjakan kasus kembali seiring mulainya musim hujan,” ujarnya.

Kemenkes menilai, berbagai faktor menjadi penyebab peningkatan kasus DBD tahun ini. Termasuk perubahan iklim yang ekstrem–dalam hal ini dampak El Nino–yang diikuti dengan masih terjadinya hujan dan tingginya kelembapan.

“Ini akan meningkatkan jumlah sarang dan perkembangan nyamuk penular dengue,” terang Imran.

Memasuki musim kemarau, Kemenkes kembali memberikan peringatan kepada masyarakat untuk mewaspadai penyebaran DBD. Imran mengingatkan, kemarau dapat meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk. Sebab, nyamuk bakal sering menggigit ketika suhu meningkat.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak kemarau akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024. Pada Juli 2024, kemarau diprediksi terjadi di sebagian Sumatra, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Barat, dan sebagian Kalimantan Utara.

Sedangkan pada Agustus 2024, kemarau diprediksi terjadi di sebagian Sumatra Selatan, Jawa Timur, sebagian besar pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar pulau Sulawesi, Maluku, dan sebagian Pulau Papua.

Kemenkes turut mewanti-wanti lima kabupaten/kota dengan jumlah kasus DBD tertinggi saat ini. Yakni Bandung, Depok, Tangerang, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur. Sedangkan kasus kematian DBD terbanyak tahun ini terjadi di Bandung, Klaten, Subang, Kendal, dan Jepara.

“Sebagai daerah tropis, sebagaimana banyak negara yang lain, kasus DBD di Indonesia termasuk yang endemis tinggi. Selain itu sekitar 80 persen bersifat asimptomatis menjadikan gejala DBD sulit didiagnosis. Hal ini seringkali luput dari pemeriksaan petugas kesehatan,” jelas Imran.

Epidemiolog dan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional, Masdalina Pane, menyatakan tingginya kematian kasus DBD biasanya terkait dua hal utama. Pertama, terjadi akibat keterlambatan mendeteksi kasus DBD serta tidak efektifnya manajemen kasus.