News - Februari 1926, suara mesin bor memecah keheningan hutan di pergunungan Jawa Barat. Sekelompok peneliti memulai pengeboran sumur eksplorasi pertama di Kawah Kamojang.

Pengeboran perdana oleh Netherland East Indies Volcanological Survey ini bukan hal mudah. Tanah vulkanik yang rapuh dan tekanan gas yang tak terduga membuat setiap langkah penuh risiko.

Lubang bor pertama terpaksa ditinggalkan setelah sumur lumpur meletus di dekatnya. Kondisi ini membuat tim peneliti mundur sementara.

Pengeboran sumur kedua membawa harapan baru ketika mereka menemukan blower gas yang kuat pada kedalaman 18,60 meter. Tapi, seperti jin yang kembali ke dalam botol dalam kisah fantasi, gas itu menghilang begitu pipa ditutup, menyisakan misteri di bawah tanah.

Kemudian, digalilah sumur ketiga yang terletak dekat Kawah Panggilingan. Dari kedalaman 60 meter, uap hampir murni mulai keluar, menderu dengan tekanan 2,5 atm. Jumlah uap diperkirakan mencapai 8.000 kg/jam.

Uap itu, yang seakan membawa napas bumi, dihitung mampu menghasilkan energi listrik sebesar 900 kW. Para peneliti telah membuka pintu menuju sumber energi yang tak terduga.

Sementara sumur bor keempat digali hingga kedalaman 105 meter. Suhu uap yang keluar sebesar 140°C, tetapi tekanannya sangat rendah sehingga uap tersebut tidak berguna.

Eksplorasi ini belum berakhir. Pada September 1926, lubang sumur kelima digali. Suhu gas di dalamnya mencapai 123°C, cukup panas untuk membuat air mendidih dalam sekejap.

Pada Desember 1928, tekanan gas pada lubang pengeboran III dan V meningkat hingga 5 atm dengan suhu yang stabil pada 140°C. Dua sumur eksplorasi yang sukses ini menjadi sumber utama pengamatan selama bertahun-tahun berikutnya.

Tekanan dan suhu dari kedua sumur eksplorasi ini diukur setiap hari hingga April 1934, ketika stasiun pengamatan sementara ditutup. Suhu diperiksa lagi pada April 1938 dan Mei 1939, keduanya tidak banyak berubah.

Penelitian terhadap gas di Kawah Kamojang menunjukkan selama 12 tahun pengamatan, suhu dan tekanan gas di sumur III lebih tinggi pada awalnya dan sedikit menurun sejak 1928. Pada sumur V, suhu gas hampir konstan, namun tekanannya berkurang secara signifikan dari 4 hingga hampir 6 atm menjadi 0,5 atm.

Rangkaian peristiwa eksplorasi sumur panas bumi di Kawah Kamojang pada era Hindia Belanda ini dikutip dari jurnal History of the volcanology in the former Netherlands East Indiesyang diterbitkan M. Neumann van Padangpada 1983.