News - Kelangkaan gas 3 kilogram (kg) membuat kegaduhan. Masyarakat di beberapa tempat pontang-panting mencari keberadaan gas bersubsidi tersebut. Kalaupun ada di pengecer seperti kios dan warung harganya melambung tinggi. Kondisi ini sudah terjadi sejak akhir pekan lalu.

Di pangkalan LPG 3 kg Kevin Alesandro yang terletak di Jalan Palmerah I, RT 013, RW 03, Jakarta Barat, sejak sekitar pukul 08.00 WIB telah ramai didatangi warga. Meski tak ada antrian, namun toko terus saja didatangi pembeli dengan kebanyakan sambil menenteng dua tabung gas melon.

Khusnul Khotimah (52), ialah salah satu warga yang mencoba peruntungannya untuk mendapat gas melon di Toko Kevin Alesandro. Dia bilang, karena kekosongan pasokan toko tersebut sempat tutup tiga hari lalu. Karena itu, dia harus memutari komplek perkampungan demi mendapat tabung gas 3 kg baru berwarna hijau itu.

“Saya muter-muter ke warung-warung, tapi nggak ada. Nggak dapat. Nggak dapat satupun. (Nggak) beli di warung Madura. Saya biasanya emang langganan di sini. Tapi kebetulan kemarin di sini nggak ada, saya ngider (muter) aja, ada 10 warung, nggak dapet,” kata ibu rumah tangga itu, kepada awak media, Selasa (4/2/2025).

Karena tak berhasil mendapatkan gas melon sama sekali, membuat Khusnul tak bisa memasak untuk keluarganya. Alhasil, dia harus membeli lauk-pauk di warteg dekat rumahnya. Ia mengaku, sebenarnya tak merasa keberatan dengan kebijakan baru pemerintah yang ingin mengubah skema distribusi gas melon hanya melalui agen resmi Pertamina. Hanya saja, sebaiknya kebijakan baru yang bakal diterapkan adalah yang terbaik bagi masyarakat.

“(Kalau lama-lama habis persediaan gas 3 kg), ya gelisah. Gelisah juga, nggak bisa masak. Biasanya si nggak begitu ngantri, ini ajak arena ada kebijakan ini. Kemarin sebelum tutup, sempat harga di sini (warung) Rp20 ribu. Kalau di sini (Toko Kevin Alesandro) Rp18 ribu,” imbuh dia.

Berbeda dengan Khusnul, Gunawan, pemilik usaha laundry di kawasan Palmerah, itu menilai kebijakan pelarangan penjualan gas melon oleh pengecer sangat memberatkan. Bagaimana tidak, dengan adanya kelangkaan ini, dia kini setidaknya harus bergerilya dari satu agen ke agen lainnya atau dari satu warung ke warung lainnya. Pasalnya, dalam sehari usahanya membutuhkan sekitar 5-10 gas melon.

“(Karena langka) mungkin harus lebih diiritin, ya. Yang penting biar customer merasakan.. Oh berarti udah kering dryer-nya ya, kan. Yang penting pakaiannya nggak basah. Kalau lagi susah, ya (nggak bisa gosok baju). Tapi kita emang berusaha buat nyari. Karena kita kan laundry buka setiap hari. 1 KTP 1 (tabung gas). Jadi, kalau di agen sini kita nggak dapet, kita harus nyari lagi,” kata dia, saat ditemui di depan Toko Kevin Alesandro, Selasa (4/2/2025).

Operasi pasar elpiji 3 Kg

Warga antre untuk membeli gas elpiji 3 kg saat pelaksanaan operasi pasar di kawasan Legian, Badung, Bali, Senin (3/6/2024). ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/Spt.

Berkaca dari kelangkaan ini, Gunawan pun berharap, agar ke depannya pemerintah tak lagi membuat kebijakan yang dapat memberatkan masyarakat. Apalagi, pada dasarnya gas LPG diperuntukkan bagi seluruh masyarakat.

“Sulit. Harapannya, ke depan mungkin jangan seperti ini lah, apalagi kalau diperuntukkan untuk masyarakat, ya. Harusnya kan selalu ada, ya … (Kerjaan) kehambat, tapi ada yang back up lah sementara saya nyari gas. Biasanya (mencari) di warung Madura. Itu kalau belum naik lagi ya Rp20 (ribu). Tapi, sekarang kan udah variasi, udah Rp23 (ribu), Rp25 (ribu),” ujar dia.

Kelangkaan gas melon, tak cuma menimbulkan antrean di banyak agen resmi Pertamina. Parahnya, antrian gas LPG 3 kg ini juga menimbulkan kabar duka dari Pamulang, Tangerang Selatan. Dikabarkan Ketua RT 001, Pamulang Barat, Saeful, Yonih (62) meninggal karena kelelahan usai mengantri untuk mendapatkan gas LPG 3 kg.

“Almarhumah antre gas di salah satu toko penjual gas 3 kg yang tidak jauh dari lokasi rumahnya. Perkiraan 500 meter dari rumahnya, kecapekan sepertinya,” ucap dia, seperti dikutip Antara, Selasa (4/2/2025).

Dikatakan Saeful, Yonih berangkat mengantre sekitar pukul 10.00 WIB dengan menenteng dua tabung gas melon. Namun, saat hendak pulang ke rumah, ia beristirahat sejenak di depan toko laundry dengan muka pucat. Nahas, saat dalam perjalanan menuju ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis, perempuan yang sehari-hari membuka warung makan itu menghembuskan nafas terakhirnya.

“Almarhumah memiliki riwayat penyakit darah tinggi. Sudah dimakamkan,” ungkap Saeful.

Kelangkaan gas melon ini bukan fenomena baru, sebelumnya, kelangkaan LPG 3 kg juga terjadi di banyak daerah pada 2016 silam. Menurut laporanTirto, pada saat itu kelangkaan terjadi karena adanya disparitas harga dan buruknya sistem distribusi gas melon.