News - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Kamala Harris, optimistis bahwa Amerika Serikat siap memilih seorang perempuan kulit hitam untuk menjadi presiden mereka saat ini. Harris akan secara resmi diusung menjadi Calon Presiden AS dari Partai Demokrat di Chicago pada minggu depan.

“Sepanjang karier saya, saya sering mendengar orang berkata ketika saya mencalonkan diri... orang-orang belum siap, ini bukan waktu Anda, tidak ada yang seperti Anda yang pernah melakukan hal itu sebelumnya,” kata politisi Demokrat tersebut sebagaimana dikutip dari laman VOA Indonesia, pada Senin (19/8/2024).

“Saya tidak mengindahkan, dan saya menyarankan agar tidak ada yang mengindahkan omongan semacam itu,” sambungnya.

Meski mendapat dukungan signifikan, kampanye Harris kala itu tidak membuahkan hasil. Pada akhirnya, Harris memutuskan mundur dari pencalonan pendahuluan sebagai presiden dan mendukung Joe Biden hingga akhirnya pria yang pernah menjadi Wakil Presiden AS itu menggandeng Harris di Pilpres AS 2021 lalu.

Perlu diketahui, Setelah Biden mundur dari pencalonan Pilpres 2024, Harris mengambil alih posisi Calon Presiden AS dari Partai Demokrat. Langkah ini menyelamatkan Harris dari "proses meyakinkan orang bahwa dia layak terpilih" selama pemilihan pendahuluan.

Dengan menggandeng Gubernur Minnesota, Tim Walz, seorang pria kulit putih berusia 60 tahun, Harris kini berusaha meraih kepercayaan semua orang Amerika, tanpa memandang etnis atau jenis kelaminnya.

Beberapa orang sudah yakin, seperti kelompok "White Dudes for Harris," yang menyelenggarakan acara penggalangan dana Zoom untuk Harris pada akhir Juli. Mereka berhasil mengantongi dukungan hampir 200.000 orang dan donasi lebih dari 4 juta dollar Amerika Serikat.

Di sisi lain, Donald Trump, yang merupakan Calon Presiden AS dari Partai Republik, tidak menunggu lama untuk menyerang Harris lewat latar belakangnya. Mantan Presiden AS itu sempat menuduh bahwa Harris "berubah menjadi Hitam" baru-baru ini untuk memenangkan dukungan elektoral. Harris, yang selalu dengan bangga menyebut warisan Hitam dan Asia-nya, menegur Trump karena dianggapnya "memecah belah dan tidak menghormatinya."

Harris telah mencapai beberapa pencapaian penting selama berkarir di Amerika Serikat. Ia merupakan perempuan pertama yang terpilih sebagai Jaksa Agung di California serta orang Afrika-Amerika dan Asia-Amerika pertama yang menjabat posisi tersebut. Harris juga merupakan wakil presiden AS pertama dengan latar belakang yang sama.

Lembaga riset yang berbasis di Washington, Paw Research Center, pada September 2023 menemukan fakta bahwa masalah gender bukan lah faktor yang menjadi pertimbangan bagi sebagian orang Amerika dalam memilih presiden.

Sebanyak enam puluh persen responden mengatakan bahwa seorang presiden perempuan akan dapat menangani tekanan dengan baik seperti seorang pria. Sementara sebanyak 27 persen percaya bahwa ia bahkan dapat melakukannya dengan lebih baik.

“Meskipun kepemimpinan perempuan, baik sebagai presiden, ratu, perdana menteri, dan kepala negara, telah menjadi norma di banyak bagian dunia, termasuk Eropa, Asia, Amerika Selatan, dan negara-negara Afrika, Amerika Serikat belum mengalami momen ini,” kata Sonia Gibson Rankin, seorang profesor hukum di Universitas New Mexico.

Ia mencatat keberhasilan Hillary Clinton dari Partai Demokrat dalam mengantongi suara terbanyak pada Pilpres 2016, meski pada akhirnya ia kalah dari Trump karena kalah dalam pemilihan elektoral.

Perlu diingat, jika Harris (59 tahun) berhasil mengalahkan Donald Trump pada November, Harris akan menjadi perempuan pertama dan orang kulit hitam kedua, setelah Barack Obama, yang memimpin Amerika Serikat.

Sumber: VOA Indonesia

#voaindonesia