News - Kabinet keamanan Israel telah merekomendasikan persetujuan gencatan senjata di Gaza dan perjanjian pengembalian sandera, menjelang rapat kabinet paripurna yang dijadwalkan pada Jumat (17/1/2025) malam. Hasil rapat itu diumumkan oleh kantor Perdana Menteri Israel dalam sebuah pernyataan.
Meskipun terdapat ketidakpastian mengenai waktu persetujuan akhir oleh Kabinet, kesepakatan tersebut diperkirakan akan dimulai sesuai jadwal semula pada Minggu (19/1/2025), kata kantor perdana menteri.
“Menunggu persetujuan dari Kabinet Keamanan dan pemerintah, dan perjanjian mulai berlaku, pembebasan sandera akan dilaksanakan sesuai dengan kerangka yang direncanakan di mana para sandera diperkirakan akan dibebaskan pada Minggu (19/1),” kata dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir voaindonesia.com.
Presiden Israel, Isaac Herzog, menyambut baik persetujuan gencatan senjata dari Kabinet Keamanan dan mengatakan ia mengharapkan seluruh Kabinet “akan segera melakukan tindakan yang menegaskan keputusan ini.”
Kabinet Keamanan adalah forum kecil yang terdiri dari para menteri senior, sedangkan Kabinet penuh Israel terdiri dari lebih dari 30 menteri.
Perjanjian gencatan senjata akan mencakup jeda pertempuran selama tiga minggu dan pembebasan puluhan sandera Israel dan ratusan tahanan Palestina.
Dinas Penjara Israel mengatakan pada Jumat bahwa pihaknya mengambil langkah-langkah untuk mencegah “memperlihatkan kegembiraan di depan umum” ketika tahanan Palestina dibebaskan sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata di Gaza.
Pada fase pertama ini, pasukan Israel akan mundur ke pinggiran Gaza, dan banyak warga Palestina akan dapat kembali ke rumah mereka yang tersisa seiring meningkatnya aliran bantuan ke wilayah kantong yang terkepung.
Hamas mengatakan pada Jumat bahwa tidak ada lagi hambatan terhadap perjanjian tersebut.
Konflik di Gaza dimulai ketika Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, dan menewaskan lebih dari 1.200 orang serta menculik sekitar 250 sandera. Dari para sandera tersebut, hanya kurang dari 100 orang diperkirakan masih berada dalam tahanan Hamas, tetapi sekitar sepertiganya diyakini tewas.
Pihak berwenang Gaza mengatakan hampir 47.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dalam operasi militer Israel berikutnya. Tanpa memberikan bukti, Israel mengatakan jumlah korban tewas termasuk ribuan militan yang dibunuhnya.
#Voa Indonesia
Terkini Lainnya
Artikel Terkait
Hamas Rilis Nama 3 Sandera yang akan Dibebaskan Hari Ini
Prabowo Ajak Pemimpin Dunia Dukung & Bantu Pembangunan Gaza
Mau Ambil Alih Jalur Gaza, Trump akan Sediakan Pekerjaan
Populer
Kisah Pemanfaatan Panas Bumi & Semangat Warga Kamojang
Polri Ungkap Modus Pemasangan Pagar Laut di Bekasi
24 Kepala Daerah Terpilih Absen Tes Kesehatan Sebelum Pelantikan
KPK Segera Ambil Tindakan Tegas ke Wali Kota Semarang
Pendiri Startup Kecilin Masih Hilang di Sekitar Pantai Bantul
Kisah Hilangnya Michael Rockefeller di Tanah Papua
BEM UI & BEM SI akan Demo Tolak Pemangkasan Anggaran Hari Ini
Dua Penyidik Polda Sumut Peras Kepala Sekolah di Nias
Flash News
RUU Minerba Sepakat Dibawa ke Paripurna untuk Jadi UU Besok
Partai Buruh Buka Peluang Dukung Prabowo di Pilpres 2029
KPK Jadwalkan Pemeriksaan Hasto Sebagai Tersangka Pekan Ini
Polisi Tindak 100 Travel Gelap Selama Operasi Keselamatan Jaya
Zarof Ricar Minta Dibebaskan dari Kasus Suap & Gratifikasi
Imigrasi Tangkap 3 WN Pakistan karena Pakai Dokumen Palsu
Hasto Kembali Ajukan Praperadilan, Sidang Perdana 3 Maret
Poin Baru RUU Minerba: Kampus Batal Kelola Tambang
Partai Buruh Minta Pemerintah Kaji Ulang Retret Kepala Daerah
Menkum Sudah Teken Surat Ekstradisi Pemulangan Paulus Tannos
Menkum: Jumlah Penerima Amnesti Turun dari 44 Ribu jadi 19 Ribu
Prasetyo Edi Jelaskan Kronologi Kasus Korupsi Lahan Cengkareng
Polri Periksa 10 Saksi Terkait Kasus Pagar Laut Bekasi
Aksi Indonesia Gelap di Bali Tolak Pemangkasan Dana Pendidikan