News - Majalah TEMPO edisi 30 Mei 1981 menggambarkan resepsi pernikahan pada Minggu malam, 19 April 1981, sebagai acara yang khidmat, meski dilangsungkan di tempat yang tak lazim: Swinging Pub Bar di Blok M, Jakarta Selatan.

Semua mata tertuju pada sepasang insan yang merayakan kisah asmara mereka. Yang seorang mengenakan jas putih kebiruan dipadankan dengan dasi motif kembang-kembang merah. Sedang kekasih yang mendampinginya anggun berbusana gaun merah cerah.

Ini bukan resepsi biasa. Inilah resepsi pernikahan Jossie dan Bonnie, dua perempuan keturunan Indo-Belanda yang saling mengikat hati dan secara terbuka mengumumkan status mereka sebagai suami-istri.

Dunia malam itu seakan milik mereka berdua. Di hadapan 120-an tamu yang menghadiri seremoni, Bonnie (22) tidak sungkan mencubit genit lengan “suami”-nya. Jossie (25) tanggap, ia membalas cubitan mesra itu dengan menepuk manja bokong “istri”-nya sambil tersenyum lebar.

Tak ada kehadiran padri, atau perangkat upacara pernikahan pada umumnya, meskipun Jossie dan istrinya tercatat beragama Katolik. Dihadiri sekitar 120 tamu, acara itu benar-benar berlangsung sederhana.

"Kue penganten mulai dipotong oleh tangan lembut Bonnie, kemudian mereka saling suap-suapan disaksikan puluhan pasang mata, bahkan kedua orang tua mereka turut hadir," catat majalah Liberty No. 1448, Th. XXIX, 6 Juni 1981. Pesta berjalan lancar tanpa kendala.

Setelah menerima ucapan selamat dari para tamu, kedua mempelai pulang ke rumah orang tua Jossie di Pejaten, mempersiapkan bulan madu layaknya sepasang suami-istri. Demikianlah peristiwa malam itu terabadikan sebagai pernikahan sepasang lesbian pertama dalam sejarah Indonesia.