News - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) atau ID Food tengah mengkaji alternatif susu ikan untuk pemenuhan kebutuhan susu dalam Program Makan Bergizi Gratis.

Direktur Utama ID Food, Sis Apik Wijayanto, mengungkapkan jika susu ikan dapat diproduksi secara masal, produk tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu pengganti susu sapi, sembari pemerintah menyiapkan peternakan jumbo (mega farm) sapi perah.

"Mungkin ada produk-produk alternatif sebagai pengganti susu dari sapi. Misalnya susu dari ikan kan ada juga. Saya belum tahu persisnya bagaimana, tapi dari ikan. Ini pernah disampaikan juga dari beberapa tokoh masyarakat,” ujarnya saat ditemui awak media usai Rapat Kerja dengan Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (4/9/2024).

Ia menambahkan, dalam pengkajian itu pihaknya juga sedang membuat formulasi agar aroma amis dari ikan tidak lagi tersisa dalam produk susu.

"Tapi masih belum. Secara aromanya masih perlu perbaikan," imbuhnya.

Sementara itu, untuk menyiapkan agar mega farm dapat beroperasi secara mumpuni dan menghasilkan susu untuk pemenuhan susu dalam Program prioritas Presiden terpilih Prabowo Subianto, dibutuhkan waktu setidaknya 3-4 tahun.

Dalam pengembangan peternakan sapi perah yang berlokasi di Subang, Jawa Barat, ID Food menggandeng PT Perkebunan Nusantara VIII sebagai pemilik lahan, perusahaan pertanian asal Belanda HVA International sebagai penyedia teknologi, dan PT Frisian Flag Indonesia sebagai off-taker alias penyerap produksi.

Meski begitu, kata Sis, dalam pengembangan mega farm belum ada kontrak resmi antara Indonesia dengan produsen susu sapi. Sebab seluruh proses pengadaan susu dalam Program Makan Bergizi Gratis, termasuk pengembangan mega farm, masih dalam tahap kajian.

"Nanti yang kita kolaborasi untuk membuat mega farm, gitu. Ya, saya kira selain Frisian Flag mungkin ada beberapalah. Tapi sejauh ini belum ada kontrak. Masih kajian semuanya. Belum ada kontrak," ujarnya.

Meski begitu, ia menekankan, untuk memenuhi kebutuhan susu dalam Program Makan Bergizi Gratis, pemerintah akan terlebih dulu mencari pasokan dari peternak-peternak sapi lokal.

Setelah dikalkulasi dan ternyata tak cukup, baru pemerintah akan menutup kebutuhan dari luar negeri, yakni melalui importasi susu dalam bentuk bubuk (powder).

"Utamanya adalah pemenuhan dari lokal dulu. Kemudian kalau ada produk alternatif yang bisa kita pakai, ya mungkin ini kewenangannya ada di Badan Gizi [Nasional], bukan di saya. Tapi salah satu yang bisa dipenuhi mungkin impor dalam bentuk [susu] powder," jelasnya.

Sebelumnya Sis mengatakan, pemerintah bakal menggandeng Frisian Flag Indonesia untuk memenuhi pasokan susu dalam Program Makan Bergizi Gratis. Namun sebelum itu, ID Food bakal terlebih dulu melakukan koordinasi dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) untuk menyediakan lahan serta pakan ternak.

“Sehingga nantinya ekosistem mulai dari makanan ternak, penggemukan, kemudian dairy akan disiapkan bersama-sama dengan PTPN dan ini juga kerja sama dengan Frisian Flag,” ungkapnya dalam Rapat Kerja Komisi IV dengan Menteri Pertanian di Kompleks Parlemen, Senin (26/8/2024).

Menurutnya, kerja sama ini akan dilakukan dalam bentuk kemitraan antara pemerintah dengan dunia usaha.

Selain menggandeng perusahaan yang juga dikenal sebagai Susu Bendera itu, ID Food juga akan menggandeng rumah potong hewan unggas (RPHU) maupun peternak-peternak di seluruh Indonesia untuk memenuhi kebutuhan daging.

Tak hanya kebutuhan susu dalam Program Makan Bergizi Gratis yang dipenuhi melalui kerja sama ini, melainkan juga untuk pemenuhan kebutuhan daging dalam program pengentasan stunting yang diinisiasi oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas).

“Selain kita mempunyai RPHU di Cianjur, kami sudah lihat kemarin kapasitas cukup besar, ini juga kami sudah melakukan kerja sama dengan RPHU maupun dengan peternak-peternakan yang ada di seluruh Indonesia. Jadi, kami saat ini juga melakukan kerja sama untuk pemenuhan kebutuhan stunting,” imbuhnya.