News - Hizbullah menembakkan roket dan pesawat nirawak (drone) ke tiga posisi militer Israel utara, termasuk di dekat daerah Haifa dan Acre, Rabu (30/10/2024) waktu setempat. Serangan tersebut dilakukan secara serentak dan berhasil menembus pertahanan Israel.

Dalam sebuah pernyataan, kelompok yang didukung Iran itu meluncurkan serangan gabungan dengan roket dan pesawat nirawak. Pernyataan tersebut juga diklaim menyasar target-target secara akurat.

Militer Israel mengeklaim setidaknya 50 proyektil ditembakkan Hizbullah dan melintasi Israel. Para pejabat rumah sakit Israel mengeklaim sebuah roket yang ditembakkan dari Lebanon melukai 2 orang, satu di antaranya mengalami luka parah.

"Para korban itu terluka oleh pecahan roket pada hari Rabu di Metula, sebuah kota Israel di seberang perbatasan dari Lebanon," kata seorang juru bicara Rumah Sakit Rambam, tempat mereka dirawat sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (31/10/2024).

Pemimpin baru Hizbullah, Naim Kassem, sebelumnya memastikan bahwa Hizbullah akan terus memerangi Israel di Lebanon dan Israel utara hingga tawaran gencatan senjata mereka diterima.

“Jika Israel memutuskan untuk menghentikan agresi, kami katakan bahwa kami menerima, tetapi sesuai dengan persyaratan yang kami anggap sesuai,” kata Kassem, yang berbicara dari lokasi yang dirahasiakan dalam pidato yang direkam di televisi yang dikutip dari VOA Indonesia.

“Kami tidak akan mengemis gencatan senjata karena kami akan terus (bertempur)... tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan,” katanya.

Pidato Kassem disampaikan ketika mediator internasional tengah melakukan upaya gencatan senjata yang dinegosiasikan Lebanon dan Gaza, di mana Israel tengah memerangi militan Hamas selama lebih dari setahun.

Menteri Energi Israel Eli Cohen mengatakan kabinet keamanan pemerintah sedang membahas ketentuan gencatan senjata dengan Hizbullah di Lebanon selatan, tempat pasukan Israel melakukan serangan darat.

“Ada diskusi, saya kira masih butuh waktu,” kata Cohen kepada radio publik Israel.

Media Israel melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menggelar pembicaraan dengan para pejabat tinggi Israel mengenai tuntutan Israel sebagai imbalan atas gencatan senjata 60 hari dengan Hizbullah pada Selasa (29/10/2024) malam.

Israel menuntut penarikan mundur Hizbullah ke utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer dari perbatasan Israel. Selain itu, Israel menginginkan tentara Lebanon dikerahkan di sepanjang perbatasan, pasukan internasional untuk menegakkan gencatan senjata, dan bahwa Israel akan tetap bebas untuk menanggapi secara militer jika ada ancaman.

Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan pada hari Selasa bahwa “kemampuan sisa Hizbullah dalam hal rudal dan roket” diperkirakan mencapai 20% dari sebelumnya. Ia mengatakan Hizbullah telah “dipukuli mundur dari semua desa” di perbatasan dengan Israel.

Media Israel melaporkan bahwa penasihat Presiden AS Joe Biden untuk Timur Tengah, Brett McGurk, dan utusan khusus, Amos Hochstein, akan menuju Timur Tengah pada hari Rabu untuk bertemu dengan Netanyahu dan para pejabat Israel lainnya guna membahas persyaratan gencatan senjata dengan Hizbullah.

Perlu diketahui, perang di Lebanon dimulai pada akhir bulan September silam atau hampir setahun setelah Hizbullah melancarkan tembakan berintensitas rendah ke Israel sebagai bentuk dukungan kepada kelompok Hamas. Perang Lebanon sudah menewaskan sedikitnya 1.754 orang di Lebanon berdasarkan perhitungan kantor berita AFP sesuai data Kementerian Kesehatan Lebanon.

Israel mengeklaim mereka telah kehilangan 37 tentara dalam operasi di Lebanon sejak memulai operasi darat pada 30 September lalu.

Sumber: VOA Indonesia

#voaindonesia