News - Pada abad ke 13, Iran pernah dilanda wabah kolera. Di saat yang sama, tentara Iran harus berjaga dari serangan orang-orang yang ingin menguasai daerah tersebut. Ini bukan tugas ringan karena mereka juga harus berusaha agar tidak tertular penyakit. Bagi yang sudah terlanjur tertular, harus cari cara menyembuhkan diri.

Untungnya seorang pria bernama Alauddin Muhammad mengirim puluhan pria untuk jalan ke kastil membawa garam dan henna. Rutinitas ini dilakukan setiap hari. Beberapa hari setelah aktivitas itu berlangsung, beberapa penderita kolera sembuh. Kabarnya henna turut dicampurkan ke dalam air dan jadi minuman. Kisah ini tertulis dalam buku Henna’s Secret History: The History, Mystery, & Folkrole of Henna (2001) karya Marie Anakee Miczak.

Kini sebagian besar masyarakat mungkin hanya mengenal henna sebagai aksesori tubuh wanita atau pewarna rambut. Padahal, sesungguhnya tanaman ini punya catatan panjang terkait fungsi kesehatan. Kaum Yahudi di Israel memanfaatkan henna untuk mengatasi penyakit kusta. Kandungan dalam henna mampu meredakan infeksi dan pendarahan akibat luka.

Tanaman henna awalnya tumbuh di bagian utara Afrika. Rakyat Mesir jadi yang pertama memanfaatkan tanaman ini pada sekitar 3300 SM. Pada masa itu, masyarakat Mesir dikenal sebagai orang yang memanfaatkan tanaman untuk merawat kesehatan. Henna diolah menjadi minyak esensial dan digunakan untuk melindungi tubuh dari sinar ultraviolet.

Pada tahun 2600 SM muncul Peseshet, wanita yang dianggap sebagai dokter pertama di Mesir. Ia mencatat tanaman-tanaman yang punya khasiat bagi tubuh, salah satunya henna. Menurut Miczak, catatan tersebut menyiratkan bahwa orang Mesir kuno memanfaatkan henna untuk mengurangi sakit kepala akibat paparan sinar matahari yang ekstrem. Daun-daun henna diletakkan sepanjang dahi untuk mengurangi sakit. Tanaman ini ternyata langsung memberi efek mendinginkan. Pada masa tersebut, henna turut digunakan untuk mengobati luka akibat gigitan kobra maupun kepiting. Ia juga berfungsi sebagai tabir surya dan penyembuh luka bakar.

Rekaman tentang manfaat kesehatan dari henna juga ditemukan di Persia. Catatan berjudul al-Qānūn fī al-Ṭibb ini ditulis oleh Ibn Sina. Dalam catatan itu, diketahui bahwa masyarakat Persia percaya bahwa henna ialah tanaman rempah yang baik bagi perempuan dewasa karena ia memiliki kandungan afrodisiak.