News - Sistem tanam paksa, atau juga dikenal dengan istilah cultuurstelsel, adalah sistem yang mewajibkan penduduk menanam tanaman ekspor. Di bawah paksaan pemerintah kolonial Belanda, sistem ini dianggap tidak adil karena upah pembagian hasilnya kurang layak.
Sistem tanam paksa diinisiasi oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johannes van den Bosch. Proses pelaksanaan sistem tanam paksa melibatkan pemimpin-pemimpin pribumi yang bertanggung jawab menjalankan proyek tersebut. Sementara itu, pegawai Eropa berperan sebagai pengawas umum.
Sistem tanam paksa memberikan dampak negatif signifikan bagi rakyat Indonesia, termasuk kelaparan, penyakit, kemiskinan. Untuk memahami lebih lanjut, simak pembahasan berikut mengenai latar belakang tanam paksa di Indonesia, jenis tanaman yang diwajibkan dalam tanam paksa dan akibat dari sistem tanam paksa.
Latar Belakang Tanam Paksa di Indonesia
Peraturan tentang penerapan sistem tanam paksa dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada 1830.
Dilansir situs Kemdikbud, sistem tanam paksa mengharuskan setiap desa menyisihkan 20 persen tanahnya untuk menanam komoditas ekspor, seperti teh, kopi, dan kakao. Hasil panen dari tanaman ini wajib dijual kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda dengan harga yang telah ditetapkan.
Berikut faktor-faktor yang melatarbelakangi belanda menerapkan sistem tanam paksa di indonesia:
1. Krisis ekonomi Belanda
Salah satu dari faktor-faktor yang melatarbelakangi Belanda menerapkan sistem tanam paksa di indonesia adalah kondisi krisis ekonomi Belanda pasca-kejayaan Napoleon Bonaparte di Eropa (1803-1815).Krisis yang dialami Belanda disebabkan oleh pemisahan wilayah Belgia pada 1830. Besarnya biaya untuk menumpas Pemberontakan Diponegoro (Perang Jawa) juga memberikan tekanan pada keuangan Belanda.
2. Kas keuangan kosong dan beban utang meningkat
Faktor lain yang melatarbelakangi Belanda menerapkan sistem tanam paksa di indonesia yakni keadaan kas Belanda yang kosong dan beban utang yang meningkat. Ini menjadi faktor kunci Belanda menerapkan sistem tanam paksa. Pemerintah kolonial mencari sumber pendapatan yang signifikan untuk mengatasi keuangan yang rapuh.3. Gagalnya upaya liberalisasi keuntungan dari tanah jajahan
Di sisi lain, upaya liberalisasi dalam meraih keuntungan dari tanah jajahan Hindia Belanda ternyata gagal. Oleh karena itu, sistem tanam paksa dianggap sebagai solusi yang lebih ketat dan kejam, dengan tujuan memperoleh pendapatan yang dibutuhkan untuk mendukung pemerintah.Pada masa itu, meskipun pemasukan dari penanaman kopi telah ada, ternyata tidak cukup untuk menutupi kekosongan keuangan. Hal inilah yang mendorong pemerintah kolonial untuk mengambil tindakan lebih tegas dalam mengelola ekonomi koloninya.
Selain di Jawa, sistem tanam paksa juga diterapkan di Minahasa, Lampung, dan Palembang. Sistem tanam paksa menciptakan dampak yang signifikan pada sejarah ekonomi Indonesia pada masa tersebut.
Terkini Lainnya
Latar Belakang Tanam Paksa di Indonesia
1. Krisis ekonomi Belanda
2. Kas keuangan kosong dan beban utang meningkat
3. Gagalnya upaya liberalisasi keuntungan dari tanah jajahan
Jenis Tanaman yang Menjadi Fokus Sistem Tanam Paksa
1. Kopi
2. Tebu
3. Nila atau indigo
4. Teh dan kakao
Apa Akibat dari Sistem Tanam Paksa bagi Rakyat Indonesia?
a. Gangguan pada penanaman padi
b. Beban tinggi untuk budidaya tebu karena kebutuhan air yang besar
c. Penggunaan lahan sawah yang berkualitas tinggi
d. Kebutuhan tambahan hewan tarik
e. Risiko kelaparan dan wabah penyakit
Artikel Terkait
Prediksi Nilai Rata-Rata SNBP 2025 UNESA, UM, dan UNNES
Penyebab Tidak Bisa Login Akun SNPMB 2025 dan Cara Mengatasinya
Prediksi Nilai Rata-Rata SNBP 2025 ISI Jogja, Solo, & Denpasar
Perbedaan Energi Baru & Terbarukan, Lebih Ramah Lingkungan Mana?
Populer
Edy Rahmayadi Minta MK Batalkan Kemenangan Bobby-Surya
Daya Beli Tertekan, Harga Pangan Kian Menggila
Era Bakar Uang Meredup, Startup Unicorn Berjuang Agar Tak Lenyap
Ketua DPD Saran Gunakan Dana Zakat untuk Biayai Program MBG
Apa Faktor Utama Penyebab Kebakaran di Los Angeles?
Meutya Klaim Tak Kenal Rudy Valinka yang Dilantik Stafsus
Untung Rugi RI Beli Minyak Rusia usai Resmi Jadi Anggota BRICS
PT KAI Memberlakukan Gapeka 2025 per 1 Februari 2025
Flash News
Kejagung Tahan Eks Ketua PN Surabaya di Kasus Ronald Tannur
PPPA Dorong Pembatasan Penggunaan Medsos & Gadget untuk Anak
KPK Tahan 1 Tersangka Kasus Korupsi Investasi PT Taspen
Khofifah Dorong Prabowo Terapkan MBG di Sekolah TK Islam
KKP Diminta Tindak Tegas Pembuat Pagar Laut 30 Km di Tangerang
KPK Bantah Hasto Tak Ditahan karena Megawati Telepon Prabowo
PBNU Ungkap Syarat Ketat jika Dana Zakat Biayai Program MBG
Khofifah Undang Prabowo Hadiri Kongres Muslimat NU di Surabaya
Andika Cabut Gugatan Pilkada, Ahmad Luthfi Tunggu Penetapan MK
Wali Kota Jaktim Telusuri Identitas Anak Main Skuter di Jalan
Respons Pigai soal Perusahaan yang Belum Pekerjakan Difabel
Dapur Umum MBG di Bantul Ditargetkan Berjalan Akhir Januari 2025
Kejagung Siap Lindungi Bambang Hero usai Dilaporkan ke Polisi
BPBD Jakarta Minta Publik Buat Turap Mandiri Antisipasi Longsor
Pratikno Akui Penyaluran Makan Bergizi Gratis Belum Merata