News - Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang, mengatakan Subsektor Industri Tekstil dan Pakaian Jadi memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional. Pada Triwulan II-2024, Industri Tekstil dan Pakaian Jadi berkontribusi sebesar 5,72 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Industri Pengolahan Non Migas.

“Kinerja ekspor Industri Tekstil dan Pakaian Jadi sampai Triwulan II Tahun 2024 masih cukup baik dengan nilai US$1,77 Miliar dan US$3,87 Miliar,” ujarnya dalam sambutan pembukanya untuk acara Pameran Hari Batik Nasional x Industrial Festival 2024 yang mengangkat tema ‘Bangga Berbatik’ di Jakarta, Rabu (02/10/2024).

Agus juga mengatakan, industri batik pun turut berkontribusi terhadap ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional dengan nilai mencapai US$8,33 juta atau Rp127 miliar (asumsi kurs Rp15.255 per dolar AS) pada periode yang sama.

Di samping itu, Agus menuturkan tahun ini menjadi tahun yang berat bagi Industri Tekstil dan Pakaian Jadi nasional. Hal itu dikarenakan melemahnya permintaan di pasar ekspor.

“Kinerja ekspor Industri Tekstil dan Pakaian Jadi sampai Triwulan II tahun 2024 mengalami kontraksi berturut-turut sebesar 5,56 persen dan 4,12 (year on year), dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,” lanjut Agus.

Agus juga menyatakan, hal ini juga terjadi pada ekspor Industri Batik yang mengalami kontraksi sebesar 8,29 persen dibandingkan dengan 2023 pada periode yang sama.

Di sisi lain, Agus menyadari adanya tren penggunaan batik dalam keseharian generasi muda Indonesia saat ini memberikan optimisme bagi masa depan industri batik di pasar dalam negeri.

Agus menekankan, Kementerian Perindustrian terus berupaya untuk mengembangkan Industri Batik melalui berbagai program dengan melibatkan para stakeholders.

“Seperti pada Acara HBN tahun ini, kami bersinergi dengan YBI dalam pelaksanaan program Focus Group Discussion (FGD), penumbuhan wirausaha baru, fasilitasi Indikasi Geografis (IG), pendampingan teknis produksi, serta fasilitasi mesin dan peralatan. Tahun ini, kami fokus pada Batik Tulis Gedog Tuban yang sepenuhnya diproduksi di Tuban dan memiliki potensi ekonomi yang besar bagi perekonomian setempat,” jelasnya.

Dia menambahkan, tahun lalu Kemenperin memberikan fasilitasi Indikasi Geografis untuk Batik Complongan Indramayu, dan mengangkat Batik Complongan Indramayu sebagai tema Pameran Gelar Batik Nasional (GBN) 2023.

“Alhamdulillah, dampaknya cukup signifikan bagi perekonomian masyarakat setempat, dan dapat meningkatkan awareness konsumen terhadap Batik Complongan Indramayu. Tentunya kami mengharapkan dampak yang sama untuk Batik Tulis Gedog Tuban,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Agus menyarankan kepada para pelaku industri batik untuk segera bertransformasi menuju Industri 4.0. “Penerapan teknologi digital pada Industri Batik dapat mendukung aspek manajemen dan operasionalnya sehingga lebih efektif dan efisien,” ujarnya.

Pada 2024, Kementerian Perindustrian telah menyusun Buku "Batik Berkelanjutan: Rantai Pasok Industri 4.0" yang dapat menjadi acuan bagi Industri Batik dalam menerapkan Industri 4.0 sesuai dengan kebutuhan. Agus berharap kedepan sentra Industri Kecil Menengah (IKM) batik di Indonesia dapat memanfaatkan teknologi digital tersebut untuk pengelolaan rantai pasok yang lebih efisien.