News - “Kita akan ke Paris, kota paling romantis di dunia,” sahut Uni kepada Tita (Shandy Aulia), adik iparnya dalam Eiffel I’m In Love 2 (selanjutnya Eiffel 2). Tita luar biasa gembira karena kesempatan tinggal dekat dengan Adit, lelaki yang sudah dipacari selama 12 tahun, akan lekas terwujud.

Kesempatan mendadak itu muncul setelah orangtua Tita ditawari mengurus bisnis restoran Indonesia di Paris. Tita pun harus meninggalkan pekerjaannya sebagai dokter hewan, kursus Bahasa Perancis, dan melakukan persiapan-persiapan lain. Ia juga meninggalkan Adam, kawan dekat yang naksir berat pada Tita.

Awalnya Tita menganggap kepindahannya ke Paris akan menyelesaikan masalah-masalah percintaan jarak jauh yang kerap diwarnai cekcok kecil-kecilan. Namun, seperti halnya dalam Eiffel I’m In Love yang dirilis2003 (selanjutnya Eiffel 1), interaksi Tita-Adit di Paris tetap sulit lepas dari pertengkaran konyol. Tita yang berharap dilamar kecewa karena kekasihnya belum siap menikah.

Problem Bernalar

Di situlah masalah Tita sepanjang Eiffel 2: pacaran 12 tahun dengan orang yang ternyata tak siap kawin. Sementara masalah penonton lain lagi: menghadapi skenario yang betul-betul tidak siap jadi film.

Di antara problem khas FTV dan sinetron Indonesia adalah pelecehan logika, abai konteks sosial, bising dengan musik latar dramatis dan suasana batin yang diverbalkan. Hanya di sinilah orang bisa kaya tanpa jelas kerja apa dan rata-rata orang miskin sudah melarat dari lahir—pokok yang terakhir tak sepenuhnya salah.

Demikian pula Eiffel 2 dan pendahulunya, Eiffel 1. Dua-duanya adalah episode FTV yang mendapat kesempatan istimewa diputar di layar lebar.